Ada berbagai tradisi yang diwariskan Yesus kepada murid-muridNya yang
kemudian juga menjadi tradisi umat Kristen hingga dewasa ini. Yesus,
misalnya, membasuh kaki para murid-Nya, yang dilanjutkan dengan sebuah
perintah agar para murid saling membasuh kaki. Pembasuhan kaki
melambangkan kesediaan untuk melayani. Dan itu sudah sering dikenang dan
dilakukan dalam rangkaian peringatan Kamis Putih.
Yesus
juga mewariskan tradisi makan bersama dengan murid-muridnya. Peristiwa
itu dilanjutkan dengan sebuah perintah agar para murid saling mengasihi.
Jika pembasuhan kaki melambangkan kesediaan untuk melayani, makan
bersama melambangkan kesediaan berbagi hidup.
Makan
bersama semestinya memang berdasarkan kasih. Sehingga makan bersama itu
juga disebut dengan istilah perjamuan kasih. Mengapa? Sebab berbagi
makanan identik dengan berbagi hidup. Makanan merupakan kebutuhan primer
manusia. Manusia bisa hidup tanpa sandang dan papan, tetapi tentu sulit
hidup tanpa makanan.
Begitu pentingnya makanan
sehingga Masao Takenaka, teolog Jepang, membuat buku yang berjudul Allah
adalah nasi. Allah yang adalah sumber hidup itu dianalogikan dengan
nasi yang juga adalah sumber hidup. Berbagi makanan berarti berbagi
hidup.
Ketika kita makan bersama dalam perjamuan kasih,
kita bukan saja dengan sukacita melakukannya tetapi Perjamuan kasih
juga memanggil kita untuk mau berbagi makanan kepada sesama yang Tuhan
tempatkan di sekitar kita. Saya teringat seorang kawan saya yang bernama
Lusi, yang senantiasa bertanya ketika saya berkunjung ke rumahnya
ketika masih kuliah dulu: ”Kamu sudah makan?”
Pertanyaan
tadi tentu tidak berhenti pada pertanyaan. Selanjutnya Lusi pun akan
memberikan makanannya. Ketika kita merayakan perjamuan kasih,, kita pun
dipanggil untuk berkata kepada sesama kita, ”Kamu sudah makan?” Jika
jawabannya belum, itulah kesempatan bagi kita untuk berbagi makanan.
Berbagi makanan berarti berbagi hidup. Dan berbagi hidup berarti
bertindak sebagaimana Allah yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita.
Pada
Minggu ke-4 Agustus, sebagai bagian dari Bulan Budaya di GKI Sarua
Indah, akan diselenggarakan Perjamuan Kasih. Semoga kita semakin
menghayati makna Perjamuan Kasih tersebut.
(Disajikan
sebagai Seri Pembinaan di Warta Jemaat GKI Sarua Indah, Minggu, 9
Agustus 2015. Dikutip dengan penyesuaian seperlunya dari artikel yang
ditulis oleh Pdt Yoel M. Indrasmoro, pendeta GKJ Rawamangun, berjudul
Makna Perjamuan Kasih, dapat dilihat selengkapnya di
https://ymindrasmoro.wordpress.com/2010/04/02/makna-perjamuan-kasih/.)
No comments:
Post a Comment