09 August 2015

Makna Perjamuan Kasih

Ada berbagai tradisi yang diwariskan Yesus kepada murid-muridNya yang kemudian juga menjadi tradisi umat Kristen hingga dewasa ini. Yesus, misalnya, membasuh kaki para murid-Nya, yang dilanjutkan dengan sebuah perintah agar para murid saling membasuh kaki. Pembasuhan kaki melambangkan kesediaan untuk melayani. Dan itu sudah sering dikenang dan dilakukan dalam rangkaian peringatan Kamis Putih.


Yesus juga mewariskan tradisi makan bersama dengan murid-muridnya. Peristiwa itu dilanjutkan dengan sebuah perintah agar para murid saling mengasihi. Jika pembasuhan kaki melambangkan kesediaan untuk melayani, makan bersama melambangkan kesediaan berbagi hidup.

Makan bersama semestinya memang berdasarkan kasih. Sehingga makan bersama itu juga disebut dengan istilah perjamuan kasih. Mengapa? Sebab berbagi makanan identik dengan berbagi hidup. Makanan merupakan kebutuhan primer manusia. Manusia bisa hidup tanpa sandang dan papan, tetapi tentu sulit hidup tanpa makanan.

Begitu pentingnya makanan sehingga Masao Takenaka, teolog Jepang, membuat buku yang berjudul Allah adalah nasi. Allah yang adalah sumber hidup itu dianalogikan dengan nasi yang juga adalah sumber hidup. Berbagi makanan berarti berbagi hidup.

Ketika kita makan bersama dalam perjamuan kasih, kita bukan saja dengan sukacita melakukannya tetapi  Perjamuan kasih juga memanggil kita untuk mau berbagi makanan kepada sesama yang Tuhan tempatkan di sekitar kita. Saya teringat seorang kawan saya yang bernama Lusi, yang senantiasa bertanya ketika saya berkunjung ke rumahnya ketika masih kuliah dulu: ”Kamu sudah makan?”

Pertanyaan tadi tentu tidak berhenti pada pertanyaan. Selanjutnya Lusi pun akan memberikan makanannya. Ketika kita merayakan perjamuan kasih,, kita pun dipanggil untuk berkata kepada sesama kita, ”Kamu sudah makan?” Jika jawabannya belum, itulah kesempatan bagi kita untuk berbagi makanan. Berbagi makanan berarti berbagi hidup. Dan berbagi hidup berarti bertindak sebagaimana Allah yang telah memberikan hidup-Nya bagi kita.

Pada Minggu ke-4 Agustus, sebagai bagian dari Bulan Budaya di GKI Sarua Indah, akan diselenggarakan Perjamuan Kasih. Semoga kita semakin menghayati makna Perjamuan Kasih tersebut.

(Disajikan sebagai Seri Pembinaan di Warta Jemaat GKI Sarua Indah, Minggu, 9 Agustus 2015. Dikutip dengan penyesuaian seperlunya dari artikel yang ditulis oleh Pdt Yoel M. Indrasmoro, pendeta  GKJ Rawamangun, berjudul Makna Perjamuan Kasih, dapat dilihat selengkapnya di https://ymindrasmoro.wordpress.com/2010/04/02/makna-perjamuan-kasih/.)

No comments:

Post a Comment