13 April 2015

Serasa Di Samping Bapa

Berfoto dengan tante (oma) Wilma, seusai ibadah, di dekat termos kopi dan teh, yang sudah sepi dari antrian. Dan segera muncul di pikiranku untuk berfoto berdua bersamanya. Yang disambutnya dengan senang- gembira sambil berkata, "Nanti kirimi aku ya..."


Tiap Sabtu subuh, orang yang hampir pasti bisa kita temukan di acara doa pagi adalah tante Wilma. Walau kehadiranku di ibadah singkat itu masih bolong-bolong, tetapi dari daftar absensi yang pernah aku baca, kudapati bahwa Oma Wilma nyaris tak pernah tak hadir, kecuali apabila ia sakit.

Tahun ini umurnya 80, sama seperti umur bapaku yang di Sarimatondang, dan hanya sedikit terpaut dari usia mamak. Itu sebabnya, tiap kali aku duduk di sampingnya saat doa pagi itu, aku selalu berkata kepadanya, "aku serasa duduk disamping bapa dan mamakku," dan mudah-mudahan dia senang mendengarnya.

Di Komisi Usia Lanjut tante Wilma juga aktif. Dua kali sudah aku membawakan PA di komisi itu dan entah kebetulan atau memang sudah dirancang, selalu tante Wilma yang jadi MC-nya. Dan satu hal yang kupetik pelajaran dari pemikirannya, ialah ketika ia mengatakan bahwa apabila memilih lagu-lagu pujian untuk ibadah, biasakan memilih dari halaman yang nomornya kecil dulu baru ke halaman yang nomornya besar. Apakah itu memakai KJ, PKJ atau NKB, aturan besinya, menurut dia, sama saja.

Aku rasa ada benarnya.

Lusa pagi aku akan membawakan PA di Panti Werda Hana. Dan sudah pasti tante Wilma juga akan berada di sana. Dan apabila melihat rambutnya yang seluruhnya sudah putih tetapi selalu berkilau bila ditimpa cahaya matahari, sering terbersit di benakku, semoga kelak aku bisa juga mencapai rambut memutih seperti itu.

No comments:

Post a Comment