Ada lima tahap yang dapat dibedakan oleh seorang guru yang mengajarkan Alkitab.
1.Tahap menghafal tanpa berpikir. Ini adalah tahap mengulangi sesuatu di luar kepala tanpa memikirkan apa artinya. Sementara proses ini penting dilalui, harus disadari bahwa Alkitab yang dihafal tanpa berpikir tidak mengubah kehidupan seseorang.
2. Tahap mengenali. Ketika sesuatu yang dihafal itu dikenali dengan cara dipahami apa artinya, seseorang telah maju selangkah. Salah satu cara untuk membawa orang mengenali dan memahami Alkitab adalah dengan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah dengan mengadakan suatu tes benar atau salah.
Misalnya, untuk memastikan bahwa anak-anak memahami bahwa Yesus adalah Juruselamat, kita dapat mengajukan pertanyaan benar atau tidak, “Apakah seseroang dapat masuk ke sorga dengan menaati orang tuanya dan berlaku baik terhadap sesamanya? (Jawaban: tidak). Apakah seseorang akan masuk ke sorga dengan datang ke gereja setiap hari Minggu dan baca Alkitab setiap hari? (Jawaban:tidak). Apakah seseorang masuk ke sorga dengan percaya pada Yesus Kristus? (Jawaban: ya).”
3. Menceritakan Kembali. Pada tahap ini, seseorang bukan hanya menghafal dan mengenali, tetapi dapat menceritakan kembali isi Alkitab dengan pemahamannya sendiri. Ketika ia menjawab suatu pertanyaan tentang Alkitab, ia tidak lagi hanya memilih salah satu dari beberapa pernyataan yang tersedia, melainkan sanggup menjelaskan suatu kesatuan pikiran tanpa diberi petunjuk karena gagasan-gagasan itu sudah ia kuasai.
4. Tahap Menghubungkan. Walaupun mengerti isi Alkitab adalah hal penting, itu belum cukup. Firman Allah lebih dari sekadar informasi, melainkan titik temu antara manusia dengan Allah. Untuk mengetahui respons yang tepat terhadap suatu kebenaran Alkitan kita harus dapat melihat hubungan antara kebenaran itu dengan kehidupan kita. Apabila seorang pelajar dapat melihat adanya hubungan seperti itu dengan kehidupannya maka pada saat itu sudah terbuka suatu jalan baginya untuk memberi respons secara pribadi.
5. Tahap Merealisasi
Inilah sasaran dari semua kegiatan pengajaran Alkitab, yaitu merealisasi dalam pengertian membuatnya nyata dalam pengalaman kita. Inilah kebenaran itu, kebenaran yang diterapkan dalam kehidupan nyata.
Mengajarkan Alkitab secara kreatif berarti dengan sengaja atau secara sadar dan secara efektif memusatkan perhatian pada aktivitas aktivitas belajar yang dapat meningkatan tahap- tahap belajar seperti di atas. Mengajarkan secara kreatif berarti memusatkan perhatian bukan hanya pada fakta-fakta suatu cerita, tetapi kepada makna suatu cerita. Dan dalam mengajar, guru membimbing muridnya dari satu tahap ke tahap berikutnya, selain bercerita.
(Disajikan sebagai Seri Pembinaan Warta Jemaat GKI Sarua Indah, 19 Juli 2015, dipetik dan dan diringkas dari “Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif,” Lawrence O. Richards, Penerbit Kalam Hidup, 1970, hal 91-105)
No comments:
Post a Comment