Setelah hampir sebulan absen, tadi subuh aku hadir lagi di ibadah Doa Pagi. Au terbangun pukul 5:15. Aku memacu sepeda motorku setelah cuci muka dan menggsok gigi. Tidak lupa memakai jaket, karena hujan tadi malam membuat udara pagi itu agak dingin. Ke sekretariat hanya 5 menit perjalanan.
Kami memulainya pukul 5:40 dari yang seharusnya menurut jadwal 5:30.
Ada enam orang pesertanya dan jumlah sebegitu dapat dikatakan di atas rata-rata. Acapkali hanya empat atau lima orang, bahkan aku pernah mengikuti Doa Pagi yang hanya diikuti dua orang, yaitu aku sebagai majelis pendamping dan satunya lagi, penatua pembawa firman.
Tadi pagi yang membawakan renungan bagi kami adalah Pnt Tomi Indrakusuma. Satu ayat saja yang dia bacakan, yaitu dari Yoh 21:12, (Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan).
Pnt Tomi terutama terkesima pada ayat ini karena ia melihat Tuhan sebagai yang mahapemurah dan pengasih. Tuhan bahkan memperhatikan hal-hal terkecil keperluan murid-muridnya, termasuk sarapan.(Disinggung tentang sarapan pada waktu sepagi itu, kontan ada sedikit gerakan di perut hehehe)
Aku terutama terkesima dan dikejutkan dengan bagian akhir dari nats itu, yang selama ini sering kurang kuperhatikan. Bagian ayat itu (yang berkata, Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya, "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan) jadi ajakan untuk diri sendiri bertanya apakah sesungguhnya aku mengenal Tuhan?.
Aku membandingkan: murid-murid Yesus tidak berani bertanya, tetapi sesungguhnya mereka tahu siapa Dia. Sebaliknya dengan diriku: sering berani-berani bertanya, "Siapakah Engkau, betulkah engkau Tuhan? Padahal sesungguhnya aku tidak mengenalNya.
Seusai Doa Pagi, kami masih sempat bertukar cerita tentang kehidupan berjemaat. Salah satunya aku mendengar keterangan dari Pak Made, yang sudah puluhan tahun menjadi anggota gereja kami. Menurutnya, awalnya Doa Pagi itu merupakan ibadah yang diperuntukkan mendoakan pengurusan perolehan izin membangun gereja.
Di dalam Doa Pagi itu lah pergumulan untuk mendapatkan izin disampaikan melalui doa. Tentu saja, setelah berdoa, mereka juga membicarakan ikhtiar bagaimana mendapatkan izin itu. Ikhtiar didoakan, Doa diikhtiarkan.
Kini Doa Pagi sudah lebih luas jangkauannya. Kami mendoakan banyak hal pada ibadah singkat ini. Mulai dari mereka yang sakit, anak yang baru masuk sekolah, pergumulan anggota jemaat dalam pekerjaan, jodoh bahkan rumah tangga.
Inilah sekelumit cerita dari gereja kami yang kecil dan masih terus berjuang. Aku akan terus mencatatnya sebisaku. Siapa tahu anak-cucuku kelak menganggapnya berguna.
No comments:
Post a Comment