02 August 2015

Budaya dan Iman Kristen

Dalam kehidupan sehari-hari, kita diperhadapkan dengan berbagai budaya dan tradisi masyarakat. Bagaimanakah sikap orang Kristen berhadapan dengan budaya dan tradisi itu? Dialog di bawah ini akan memaparkan pergumulan-pergumulan orang-orang Kristen ketika berhadapan dengan budaya dan tradisi masyarakat. Semoga dalam perayaan Bulan Budaya di GKI Sarua Indah kali ini kita pemahaman kita tentang perjumpaan Budaya dan Iman bertambah jernih.


Tanya: Apakah yang dimaksud dengan budaya atau tradisi masyarakat?
Jawab: Yang dimaksud dengan budaya dan tradisi masyarakat adalah upacara atau ritus, perayaan adat yang berkaitan dengan ritus kehidupan manusia serta falsafah hidup yang masih berkembang dan dilakukan masyarakat.

Tanya: Apakah iman Kristen anti budaya dan tradisi?
Jawab: Sesungguhnya kehidupan manusia tidak bisa lepas dari budaya dan tradisi. Justru dalam budaya dan tradisi itulah manusia mengembangkan kemanusiaan dan komunitasnya. Budaya dan tradisi menjadi sarana bagi manusia untuk memaknai alam, sesama dan Tuhannya. Bahkan iman itu sendiri tidak bisa dipisahkan dari budaya dan tradisi.

Iman Kristen pun demikian. Iman Kristen dipengaruhi budaya dan tradisi yang ada di sekitarnya tetapi sekaligus juga menciptakan budaya dan tradisi baru. Iman dan budaya memang berbeda namun juga begitu menyatu dan saling tak terpisahkan, saling menghidupi. Jadi kita tidak boleh anti budaya namun harus kritis terhadap budaya. Akan tetapi juga perlu berhati-hati, jangan mencampuradukkan iman Kristen dengan kepercayaan-kepercayaan lain. Tentu tradisi yang tidak mengandung unsur pemujaan kepada allah lain bahkan mengandung nilai-nilai solidaritas dan kemanusiaan perlu kita hargai dan terima. Bila perlu tradisi itu kita pakai dengan memberi makna baru yang lebih Kristiani.

Tanya: Apakah ritus-ritus warisan leluhur sama sekali tidak mendapat tempat dalam iman Kristen?
Jawab: Jika kita perhatikan dalam semua ritus tersebut tercermin kerinduan manusia yang mencari keselamatan dan ingin mendapatkan berkat. Sesungguhnya hal ini merupakan kerinduan semua umat manusia, termasuk orang Kristen. Akan tetapi ada perbedaan mendasar yaitu mengenai cara mendapatkan keselamatan dan berkat. Kerinduan untuk mendapatkan keselamatan yang ada dalam pelaksanaan ritus-ritus tersebut, berbeda dengan pandangan iman Kristen. Kita percaya bahwa keselamatan yang kita dapatkan adalah anugerah Tuhan, bukan karena kenaikan atau upacara-upacara yang dilakukan manusia. Tuhanlah sumber keselamtan dan berkat. Di sisi lain kita juga menyadari bahwa dalam pelaksanaan ritus-ritus tertentu ada nilai-nilai solidaritas dan kemanisaan yang menonjol. Tentu yang seperti ini bisa kita adiopsi dengan memberi makna baru.

Tanya: Jadi apakah pegangan kita untuk menilai apakah tradisi masyarakt bertentangan dengan iman Kristen atau tidak?
Jawab:Yang je;as kita mesti mencari tahu apa makna dari tradisi itu dan apakah mengandung unsur pemujaan kepada ilah lain? Apakah merendahkan kemanusiaan? Apakah mengandung unsur-unsur diskriminatif? Tentu jika semua pertanyaan itu dijawab ya maka berarti tradisi tersebut bertentnangan dengan iman Kristen. Ingatlah Rasul Paulus memberikaj peringatan, ”Hati-hatilah supayajangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia tetapi tidak menurut Kristus (Kol 2:8)

(Disajikan sebagai Seri Pembinaan pada Warta Jemaat GKI Sarua Indah, Minggu, 2 Agustus 2015. Dipetik dan diringkas dari artikel berjudul Iman dan Tradisi Masyarakat, pada suplemengki.com, selengkapnya dapat dilihat di  http://www.suplemengki.com/iman-kristen-tradisi-masyarakat/)


No comments:

Post a Comment