30 August 2015

Alkitab dari Bapa dan Mamak

Kira-kira lima tahun lalu ketika bapa dan mamak berkunjung ke Jakarta, mereka menghadiahiku Alkitab Bahasa Simalungun. Namanya, dalam bahasa ibu kami itu, Bibel. 

Itu adalah alkitab yang sangat tebal, karena ia dipaketkan dengan Buku Doding Haleluya, yaitu buku rohani Gereja Kristen Protestan Simalungun. Tebal Alkitabnya 483 halaman, tebal buku rohaninya, yang disebut Buku Doding Haleluya, 554 halaman. Jadi keseluruhannya 1037 halaman.


Telah lama alkitab itu mendekam di dalam rak, sampai pada hari Rabu lalu, aku mendapat telepon dari penatua yang menjadi majelis pengantar untuk ibadah hari Minggu ini. Ia mengatakan bahwa tema bulan budaya pada hari Minggu ini adalah budaya Batak. Dan Injil yang akan dibacakan pada hari Minggu ini dalam Bahasa Simalungun. Mereka telah mencari-cari orang yang mereka anggap dapat berBahasa Simalungun, ternyata belum ada yang bersedia membacakan Injil tersebut.

Oleh karena itu penatua tersebut memintaku untuk bertugas membacakannya.

Aku tak menolak. Walaupun ada juga beberapa yang meragukan kemampuanku berBahasa Simalungun, apalagi margaku --Siadari-- adalah marga yang cukup asing (apakah kau Toba? kata seseorang, pernah menanyakanku dengan rada tidak percaya. Lain waktu ada yang berkata, aku tak pernah mendengar ada marga Siadari di Simalungun. ..dst).

Ketika rapat persiapan pada hari Rabu malam itu juga, aku diminta mencoba membacakan nats Injil dalam Bahasa Simalungun tersebut, yang sudah diketik di tata ibadah. Aku membacakannya dan orang-orang mengatakan aku seperti terengah-engah. Nyaliku jadi ciut. Apalagi nats itu, Markus 7:1-23, agak panjang dan ketikannya tanpa paragraf pula.

Di rumah sepulang dari rapat persiapan itu, aku mengeluarkan Alkitab yang diberikan bapa dan mamak tempo hari. Sekali lagi aku mencoba membacanya. Kali ini aku merasa lebih rileks, karena kini paragraf demi paragraf lebih jelas batasnya.

Aku ulangi selama beberapa kali sambil kenangan-kenangan di masa kecil muncul kembali --ketika marayat-ayat, yaitu pada hari natal maju ke depan bersama kawan-kawan melafalkan ayat Alkitab yang ditetapkan menjadi bagian kita.

Tadi pagi, Alkitab hadiah bapa dan mamak itu pula yang kubawa ke depan, dan kupakai ketika membacakan Injil. Terimakasih bapa dan mamak, tanpa Alkitab itu, entah bagaimana aku harus membacakan Injil dalam Bahasa Simalungun.

No comments:

Post a Comment