04 September 2015

Doa Ketika Sekolah Minggu

Di sekolah minggu ketika kecil guru sekolah minggu  tidak pernah menyarankan kami berdoa untuk hal-hal yang bersifat fisik, seperti meminta agar Tuhan menganugerahkan tinggi badan. Yang diajarkan kepada kami adalah berdoa untuk hal-hal yang bersifat intangible, semisal memohon kesehatan, kerendahan hati, kebijaksanaan, kesabaran dan ketahanan menderita.

Seingatku, satu-satunya permintaan fisik yang pernah kudoakan secara serius ketika kecil (itu berarti aku mendoakannya sebelum tidur selama tiga hari berturut-turut) adalah ketika tukang cukur langganan mamak memotong rambutku dengan model tempurung. Itu benar-benar kurasakan sebagai bencana dan aku berdoa semoga Tuhan bermurah hati dengan segera memanjangkan rambutku kembali.


Setelah dewasa, kira-kira setelah kuliah, aku baru menyadari bahwa tinggi badan itu ternyata penting, terutama agar ada keseimbangan ketika berfoto dengan teman yang bertubuh jangkung, seperti di gambar yang kulampirkan ini. Tetapi untuk berdoa lagi kepada Tuhan meminta tinggi badan, sudah terlambat karena masa pertumbuhan sudah lewat. Dan aku percaya, Tuhan sangat jarang mengabulkan doa yang melawan hukum alam, bila tidak penting-penting benar.

Tantangan yang terberat kini adalah melawan perut yang terus maju dan mulut yang sangat mudah dan ramahnya mengunyah segala yang gurih dan lezat, terutama mie instan yang toppingnya sawi dan irisan cabe rawit. Aku ingin berdoa agar Tuhan mengembalikan lagi perutku seperti masa-masa 'pencobaan' ketika mahasiswa dulu. Tapi aku takut, bagaimana kalau untuk itu Tuhan memerintahkanku harus berpuasa makan karbohidrat?

By the way, foto ini dijepret oleh panitia di gereja kami beberapa minggu lalu, ketika aku dan Pnt Ganda Panggabean bertugas sebagai penerima jemaat. Masih pagi dan masih segar. Walaupun aku belum sempat sarapan, karena sudah harus tiba di tempat pukul 7:30.

No comments:

Post a Comment