Jemaat Kristen perdana merupakan kelompok kecil di tengah mayoritas Yahudi. Jemaat pertama Yerusalem bukan terdiri dari orang-orang berpengaruh, yang berstatus sosial tinggi. Terbanyak dari mereka adalah orang-orang sederhana dan miskin.
Sering mereka berasal dari tempat lain, tetapi dengan menerima agama Kristen, mereka harus meninggalkan tempat asal mereka dan tergabung sebagai jemaat di Yerusalem. Perpindahan ini sering berarti pula bahwa mereka mesti meninggalkan pegangan hidup mereka, rumah dan ladang mereka. Mereka dengan sulit menunjang hidup sendiri. Mereka jadi bergantung pada jemaat dan hanya dapat berharap pada kedermawanan anggota jemaat yang dilihat sebagai saudara.
Iman menghasilkan kasih dan kasih konkret menyata dalam kerelaan untuk saling membantu dalam kesusahan. Di sini kekuatan jemaat terletak dalam spontanitas Kristen yang masih kuat, kerelaan untuk membantu dan tidak dipaksakan oleh sistem atau idelologi (Kis 4:36).
Dalam Kis 16:15 dst diceritakan bahwa Lidia penjual kain ungu dari Tiatira menawarkan rumahnya sebagai tempat tumpangan dan tempat doa bagi Paulus dan rekan-rekannya. Juga Simon penyamak kulit memberikan tumpangan kepada Petrus (Kis 9:34).
Kedermawanan menampak dalam sikap rela menerima tamu. Semua masih sederhana, kelompoknya kecil, mereka saling mengenal dan saling membutuhkan. Cara Kristiani sejati untuk mengatasi kesenjangan itu ialah bukan dengan ‘membagi’ melainkan dengan ‘berbagi,’ dengan menunjukkan sikap solider, setia kawan satu dengan yang lain.
Dalam pidato perpisahan Paulus dengan para penatua di Miletus, ia mendorong dan mengajak mereka untuk membantu mereka yang berkekurangan dengan kerja keras dan tangan sendiri. Paulus menekankan pula kerja keras dengan tangan sendiri. Solidaritas tak boleh mengaburkan kerja keras setiap orang. Tidak menjadi beban dengan kebersamaan dalam jemaat. Tetapi dengan itu pula orang bisa membantu orang lain.
(Disajikan sebagai Seri Pembinaan pada Warta Jemaat GKI Sarua Indah, 22 Juni 2014. Dikutip dari “Bercermin tentang Gerakan Sister Church dari Jemaat Pertama,” esai Pdt Samuel Adi Perdana, Sekum BPMSW Sinode GKI Jateng, pada Majalah Mitra GK, edisi Juli-Desember 2013, hal 36-37).
No comments:
Post a Comment