foto
ini satu-satunya yang sempat mengabadikan kami bertiga ketika merayakan
malam natal (24-12-2013) di gki sarua indah, yang hanya lima menit
perjalanan jaraknya dari rumah kami.
itu sungguh malam yang sibuk, tetapi penuh sukacita.
istriku yg selalu kusebut superchef karena hobinya memasak (mengaku fans berat phil collins sejak smp, tp suaranya menurutku pas-pasan) bersama diriku yang juga bersuara menyedihkan cemprengnya, ikut menggabungkan diri pada paduan suara gabungan gereja kami. dia di bagian alto, aku di tenor. kami bernyanyi dua lagu, dimana salah satu diantaranya mengiringi amartya, putri kami itu, bersama-sama dengan kawan-kawannya, menari sebagai malaikat pembawa kabar sukacita, dalam drama lima babak yg dmainkan sepanjang perayaan.
tapi yang lebih membuat kami sejak dari rumah deg-degan, ialah keikutsertaan-ku dalam drama itu. aku naik panggung di babak ketiga, berperan sebagai seorang suami yg marah-marah mendamprat seorang lelaki playboy yg mengganggu istrinya. itulah pertama kalinya aku bermain drama, sejak terakhir kali semasih kelas satu sma, pada natal di kampung kami sarimatondang tahun 80-an.
kurasa anak dan istriku pasti merah mukanya, melihat gaya akting ayah dan suaminya yang kampungan. tetapi puji tuhan, ketegangan selama berminggu-minggu sebelumnya usai dengan menyenangkan. paduan suara kami bernyanyi dengan mulus. tarian para malaikat mendamaikan dan menambah ceria. soal aktingku, tak usahlah diceritakan. yang penting cuaca malam itu terang, samasekali tidak hujan walaupun pada pagi sempat mendung. panggung dan tenda perayaan natal yang didirikan di halaman sekolah yang luas, ramai dihadiri jemaat.
seusai perayaan, aku masih sempat menghampiri termos berisi teh, yang senantiasa menghiasi setiap ibadah di gereja kami yang sederhana. puji tuhan pula, masih tersisa beberapa teguk, mengisi kerongkongan yang sedari tadi kering. juadah yang dibagi-bagikan seusai acara, kami bawa pulang.
di rumah, anak dan istriku masih berceloteh panjang lebar tentang perayaan natal yang baru saja kami hadiri. kritik terbesar diarahkan kepada ayah dan suami mereka, yang menurut mereka, overacting dalam memainkan peran pencemburu, kok sampai bawa-bawa golok segala.
sebelum tidur, kami baru menyadari di rumah kami tak menemukan apa-apa untuk makan malam, kecuali juadah yang kami bawa dari gereja. aku lalu teringat pada kesibukan bapak dan mamak dulu setiap kali natal tiba. pulang dari ibadah malam natal, kami pun tidak menemukan makanan apa-apa di rumah karena semua energi dihabiskan di gereja menyambut perayaan sekali setahun itu. tetapi kegembiraan bersama warga gereja lainnya rupanya sanggup membuat selera makan kami hidup, walaupun kemudian hanya makan dengan nasi putih setengah hangat dan ikan asin yang tinggal setengah badan.
inilah ceritaku. aku tak pandai menceritakan ulang kotbah pendeta di malam natal itu, yg sebetulnya sangat penting dan sarat pesan. namun karena takut salah hanya kisah sederhana ini yg bisa kubagikan. seraya berharap semoga panitia menyimpan satu dua foto kami bersama. pasti bapak dan mamak senang mengetahui anak-anaknya di rantau masih bisa menikmati kehangatan natal seperti mereka, walau tak bisa pulang pada natal kali ini.
itu sungguh malam yang sibuk, tetapi penuh sukacita.
istriku yg selalu kusebut superchef karena hobinya memasak (mengaku fans berat phil collins sejak smp, tp suaranya menurutku pas-pasan) bersama diriku yang juga bersuara menyedihkan cemprengnya, ikut menggabungkan diri pada paduan suara gabungan gereja kami. dia di bagian alto, aku di tenor. kami bernyanyi dua lagu, dimana salah satu diantaranya mengiringi amartya, putri kami itu, bersama-sama dengan kawan-kawannya, menari sebagai malaikat pembawa kabar sukacita, dalam drama lima babak yg dmainkan sepanjang perayaan.
tapi yang lebih membuat kami sejak dari rumah deg-degan, ialah keikutsertaan-ku dalam drama itu. aku naik panggung di babak ketiga, berperan sebagai seorang suami yg marah-marah mendamprat seorang lelaki playboy yg mengganggu istrinya. itulah pertama kalinya aku bermain drama, sejak terakhir kali semasih kelas satu sma, pada natal di kampung kami sarimatondang tahun 80-an.
kurasa anak dan istriku pasti merah mukanya, melihat gaya akting ayah dan suaminya yang kampungan. tetapi puji tuhan, ketegangan selama berminggu-minggu sebelumnya usai dengan menyenangkan. paduan suara kami bernyanyi dengan mulus. tarian para malaikat mendamaikan dan menambah ceria. soal aktingku, tak usahlah diceritakan. yang penting cuaca malam itu terang, samasekali tidak hujan walaupun pada pagi sempat mendung. panggung dan tenda perayaan natal yang didirikan di halaman sekolah yang luas, ramai dihadiri jemaat.
seusai perayaan, aku masih sempat menghampiri termos berisi teh, yang senantiasa menghiasi setiap ibadah di gereja kami yang sederhana. puji tuhan pula, masih tersisa beberapa teguk, mengisi kerongkongan yang sedari tadi kering. juadah yang dibagi-bagikan seusai acara, kami bawa pulang.
di rumah, anak dan istriku masih berceloteh panjang lebar tentang perayaan natal yang baru saja kami hadiri. kritik terbesar diarahkan kepada ayah dan suami mereka, yang menurut mereka, overacting dalam memainkan peran pencemburu, kok sampai bawa-bawa golok segala.
sebelum tidur, kami baru menyadari di rumah kami tak menemukan apa-apa untuk makan malam, kecuali juadah yang kami bawa dari gereja. aku lalu teringat pada kesibukan bapak dan mamak dulu setiap kali natal tiba. pulang dari ibadah malam natal, kami pun tidak menemukan makanan apa-apa di rumah karena semua energi dihabiskan di gereja menyambut perayaan sekali setahun itu. tetapi kegembiraan bersama warga gereja lainnya rupanya sanggup membuat selera makan kami hidup, walaupun kemudian hanya makan dengan nasi putih setengah hangat dan ikan asin yang tinggal setengah badan.
inilah ceritaku. aku tak pandai menceritakan ulang kotbah pendeta di malam natal itu, yg sebetulnya sangat penting dan sarat pesan. namun karena takut salah hanya kisah sederhana ini yg bisa kubagikan. seraya berharap semoga panitia menyimpan satu dua foto kami bersama. pasti bapak dan mamak senang mengetahui anak-anaknya di rantau masih bisa menikmati kehangatan natal seperti mereka, walau tak bisa pulang pada natal kali ini.
No comments:
Post a Comment