30 January 2014

Penatua: Penat dan Tua

setelah diteguhkan pada hari minggu kemarin, kami para penatua baru tak boleh pulang seusai ibadah. persidangan majelis jemaat (pmj) sudah dijadwalkan pada hari itu, sebagaimana lazimnya setiap hari minggu keempat setiap bulan di gki sarua indah. maka kami pun turut bergabung,sebagai new kids on the block, duduk mengelilingi meja persegi di ruang sekretariat.

pada saat rapat, ibu pendeta membagikan kepada kami, masing-masing sebuah buku bersampul kuning, dengan judul, "catatan seorang penatua, penatua bukan penat dan tua.' buku ini merupakan catatan ringan dari wrini harlindi, perempuan kelahiran tahun 1970 tentang pengalamannya sebagai penatua di gkj bekasi timur.


sambil rapat, sempat kutilik sekilas isi buku yang bahasanya renyah dengan spasi yang lebar-lebar. menurut wrini, penatua itu kerap diplesetkan sebagai penat dan tua. urusan gereja itu tak pernah habis-habis, membuat mereka terlihat penat dan tua. ada aneka macam rapat yang harus diikuti dan semuanya serba lama.

tetapi wrini di kata pengantar bukunya dengan cepat-cepat meluruskan, bahwa, lelucon penat dan tua itu, "bukan kata-kata untuk menghina kehidupan penatua, justru sebaliknya, itu mau merefleksikan hidup penatua.... bagi saya penatua itu anugerah. memang ada banyak persoalan gereja yang membuat kita penat....tetapi kalau kita renungkan lebih dalam ternyata ada banyak pelajaran yang bisa kita petik dari hal-hal menyenangkan dan tidak menyenangkan yang kita alami sebagai seorang penatua. pelajaran itu membuat kita mampu mensyukuri anugerah istimewa ini," tulisnya pada buku yang diterbitkan binawarga, jakarta (2013) itu.


dan apa yang diceritakan di buku itu benar-benar terbukti pada hari itu juga. persidangan majelis jemaat itu dimulai pukul 11:00 lebih sedikit, dan berakhir pukul 19:00. di tengah rapat maraton itu, tubuhku mungkin belum siap dengan rapat yang lebih panjang daripada sidang-sidang dpr ketika membahas rapbn. aku sempat mengantuk dan jatuh tertidur beberapa menit. aku terbangun ketika mendengar bunyi 'klik' dari kamera ponsel sesama penatua yg menjepretku. foto sedang tertidur itu disebarkan pula di grup blackberry majelis jemaat. duh.

tapi yang menyenangkanku, seusai rapat, aku segera beranjak ke rumah yang dapat kutempuh hanya tiga menit perjalanan. dan di sana telah duduk berjejer dengan rapi di ruang tamu, orang-orang yang mengasihiku, para keluarga dekat yang sejak sore sudah menunggu.

dan aku menitikkan air mata ketika mamak dalam bagian dari petuah-petuahnya berkata, "jangan takut nak, kami mendukungmu dan tuhan pasti bersamamu," seusai ia dan bapak menyodorkan ayam panggang dayok nabinatur ke hadapan kami sekeluarga.

andaipun aku penat dan tua, semoga itu merupakan rasa penat dan rasa tua yang jadi berkat.

No comments:

Post a Comment