31 January 2014

Menerima dengan Iman

di ujung telepon, bapak dengan suara mantap melenyapkan keraguanku. "kalau kau sudah diminta, terimalah dengan iman. tidak baik menolak panggilan tuhan," kata dia.


itu kira-kira satu setengah tahun lalu. pagi itu, dua penatua dari gereja kami datang ke rumah. mereka meminta kesediaanku untuk melayani sebagai penatua. aku dan istri sempat kaget. kata mereka, itu atas usulan anggota jemaat yang dijaring melalui kuesioner.


tak lama setelah mereka pulang dan memberi kami sekeluarga waktu berunding untuk memutuskannya dalam dua pekan, aku menelepon bapak dan mamak di kampung. kupikir aku harus mendapatkan nasihatnya. dulu ketika aku pertama kali naik pesawat terbang sebagai tugas pertamaku meliput ke gresik, jawa timur, aku juga menelepon bapak dan mamak. bukan karena aku tak tahu bagaimana caranya naik tangga pesawat, tetapi karena aku benar-benar takut. dan aku butuh petunjuk mereka. 


dan kali ini, aku lebih takut lagi. aku sudah menyaksikan bagaimana bapak dan mamak menjadi penatua di gereja kami di kampung. betapa repotnya. betapa lelahnya. betapa terkungkungnya karena selalu menjadi sorotan.

tetapi suara bapak di ujung telepon itu begitu sejuk dan begitu meyakinkan. ia bahkan langsung bertanya, "nanti kalau kalian diteguhkan, akan kami usahakan datang. kapan?"

seusai diteguhkan, pada malam harinya ketika ibadah syukur kecil-kecilan kami selenggarakan, semakin lega dan semakin ringan rasanya kami sekeluarga akan melangkah. semua memberi nasihat, dan semua membagikan pengalaman, apalagi adik perempuanku serta tante sondang, sudah terlebih dulu menjadi penatua. rasanya seperti diberi wejangan oleh mentor dan senior.

aku, amartya dan ibunya, merasa sangat kecil diantara kerumunan keluarga yang berbicara satu demi satu itu.
lalu, sengaja aku memohon pnt emanuel marina yang membawakan renungan dengan permintaan dan alasan yang sangat pribadi. aku selalu menganggap beliaulah simon petrus bagiku dan keluargaku. sejak pertama kali kami beribadah di gki sarua indah, beliau yang terus-menerus mendesak agar kami menjadi anggota, tidak jadi simpatisan belaka. "apa perlu kami yang mengurus surat atestasinya?" tanya dia setiap kali seusai ibadah.

berkat desakan-desakannya itu, akhirnya kami mengurus surat pindah dari gki kwitang. sudah lima tahun lebih kami bergereja di gki sarua indah. dan rasanya, sebagian terbesar adalah pengalaman yang menyenangkan dan membangun. aku tak akan pernah lupa jasa beliau sebagai simon petrus penjala keluarga kami. semoga juga aku dan keluargaku bisa mengikut jejaknya, sebagai simon petrus penjala manusia.

bila catatan-catatanku ini terlalu panjang dan mungkin agak lebay, mohon dimaafkanlah.

No comments:

Post a Comment