Foto:dianasymons.com |
tadi sore aku bertugas menjadi majelis pendamping, mengawal pdt yerusa maria yang memimpin acara pa. pembawa acara adalah ibu leny hutapea, perempuan perkasa yang sehari-hari bersama suaminya mengelola jasa tambal ban di dekat gerbang kompleks tempat gereja kami berada.
suasana pa itu ternyata menarik. aku satu-satunya laki-laki di ruangan sekretariat yg dijadikan tempat pa. selebihnya perempuaaaaan semua, ada yang ibu muda, ada yang sudah oma-oma, ada yang sudah lama jadi mertua ada yang tengah menanti mantu.
yang jelas suasana rame, apalagi ibu leny membawakannya dengan lugas. ia mengawali pa dengan kisahnya 'mengelola' mertua, dan sambil dia berbicara, ibu-ibu itu bergantian menimpali. aku yg masih mengenakan pakaian kantor langsung ke tempat pa, gagal mempertahankan penampilan jaim. ikut larut juga.
ketika ibu pendeta sudah mulai memimpin pa, ibu-ibu itu terus menanggapinya dengan serius tapi santai. seakan-akan naomi dan rut itu adalah tetangga sebelah yang sedang kita obrolkan. kita berbincang dengan akrab, dengan bahasa apa adanya, kadang-kadang ibu yang satu dengan sengak memotong ibu yang lain, lalu tawa kami berderai.
rut adalah perempuan moab, perempuan nonyahudi atau bila dalam konteks kita di indonesia, perempuan nonpri, perempuan asing, perempuan rantau. orang batak menyebutnya 'boru sileban.' tetapi oleh welas kasih naomi yang terus membimbing mantunya, dan ketulusan serta rasa hormat rut kepada ibu mertuanya, hubungan saling mengasihi keduanya berlanjut.
kehilangan suami-suami, justru mempersatukan rasa senasib mereka.
dan kelak, dari rahim ruth, boru sileban itu lah lahir obed, yang memperanakkan isai, yang memperanakkan daud, yang beberapa generasi kemudian menghadirkan yesus, tuhan kaum nasrani.
betapa menyenangkan menyadari bahwa alkitab dengan teliti mencatat kisah seorang rut. bahkan bukan nama naomi, tetapi nama rut yang dijadikan nama kitab di alkitab.
No comments:
Post a Comment