Dengan Pdt Helen A. Setyoputri dari GKI Cinere |
Apa ingin dapat dikatakan dengan foto-foto ini?
Apabila kita menoleh ke belakang, betapa banyak kemajuan yang telah dicapai perempuan. Sampai beberapa puluh tahun lalu, perempuan menjadi pendeta masih hal yang mustahil. Bahkan kursi anggota majelis jemaat pun, sempat hanya diperuntukkan bagi pria. Perempuan paling banter hanya jadi diaken (Ini kudengar dari penjelasan seorang pendeta pada sebuah diskusi di GKI Pd.Indah kemarin).
Dengan Pdt Elisabeth Hasikin |
Dan, kini kita bisa melihat. Kehadiran pendeta perempuan tidak membuat gereja jadi mundur, malahan jadi maju dan berkembang. Perempuan bukan pesaing bagi pria, tetapi menjadi mitra. Dalam komisi-komisi, kerja-kerja gerejawi terasa lebih dinamis apabila anggotanya diisi oleh perempuan. Bahkan semakin lama, lokomotif komisi justru perempuan.
Menurutku, fenomena ini tidak hanya di gereja, tetapi dalam organisasi apa pun, termasuk dalam bernegara. Itu sebabnya, dalam Pilpres yang beberapa hari yg akan menjelang, aku berharap kita sama-sama memikirkan ulang lagi kandidat yang akan kita pilih. Adakah mereka bersahabat dengan perempuan, atau mereka hanya menganggap perempuan sebagai pelengkap untuk memenuhi kuota yang disyaratkan UU?
Dengan Pdt Yerusa Maria Agustini |
Memajukan perempuan, bukan hanya menunjukkan bahwa kita telah menghapus diskriminasi. Memajukan perempuan justru membuat kita sebagai bangsa dapat maju lebih cepat.
No comments:
Post a Comment