25 May 2014

Mengapa Mazmur Dinyanyikan?

Mazmur  adalah kitab nyanyian paling oikumenis, sudah dipakai sejak zaman Perjanjian Lama. Mazmur (dari Bahasa Ibrani:Mizmor) berarti nyanyian dengan iringan instrumental. Judul aslinya Tehillim yang berarti puji-pujian. Dalam Alkitab Bahasa Yunani dipakai judul Psalmoi, yang berarti kumpulan nyanyian yang diiringi rebab. Mazmur adalah puisi religius yang digubah untuk dinyanyikan.


Sampai akhir abad VIII, banyak mazmur monastik dinyanyikan oleh para solis. Sekitar abad VIII, nyanyian solo digantikan dengan pendarasan mazmur secara serempak oleh kelompok penyanyi.


Selain di biara, menyanyikan mazmur di gereja merupakan pengalaman emosional bagi penyanyi dan penggemarnya. Sejak lama dikenal cara menyanyi mazmur secara antifonal, yang bersahut-sahutan antara dua kelompok. Kemudian berkembang menyanyikan mazmur melibatkan penyanyi solo, solis menyanyikan ayat-ayat mazmur, dan umat menyanyikan ulangan dengan refrainnya.


Karena mazmur tergolong lagu yang sulit, John Calvin (Teolog yang bersama Martin Luther sering disebut sebagai Bapa Reformasi Gereja) mencanangkan proyek pembuatan Mazmur Jenewa. Seluruh Mazmur digubah ulang sehingga dapat dinyanyikan seperti menyanyikan lagu himne biasa. Lagu mazmur ini masih digunakan sampai saat ini, termasuk GKI yang memiliki tradisi menyanyikan Mazmur Jenewa.


Dalam Kebaktian GKI, mazmur adalah tanggapan terhadap bacaan pertama. Mengapa Mazmur tidak cukup dibacakan saja secara bertanggapan? Alasannya, karena Mazmur adalah nyanyian dalam bentuk puisi. Sifat nyanyian itu perlu dipertahankan. Jika hanya dibacakan, Mazmur kehilangan interpretasi selebratifnya. Sebuah mazmur lebih mampu menggerakkan hati bila dinyanyikan.


(Dikutip dan disarikan dari makalah berjudul   'Menyanyikan Mazmur Tanggapan,' karya Pdt Juswantori Ichwan M.Th. Disuguhkan sebagai Seri Pembinaan pada Warta Jemaat GKI Sarua Indah pada Minggu, 25 Mei 2014).

No comments:

Post a Comment