Khotbah pagi tadi sebagian besar kami isi dengan mendiskusikan sebuah bab yang mengharukan dari otobiografi Pdt Daniel Taruli Asi Harahap yang berjudul "Anak Penyu Menggapai Laut." Bab tersebut berjudul "Kosarek (Dua Tahun Lalu yang Terus Membekas)," yang berisi kenang-kenangan Pdt Daniel Taruli Asi Harahap ketika di tahun-tahun awal studinya di STT Jakarta, dikirim ke Kosarek, sebuah desa terpencil di pedalaman Papua, hampir berbatasan dengan Papua Nugini.
Melalui bab yang aku minta mereka baca bergantian secara berkelompok, anak-anak itu berkenalan dengan Luther, seorang anak remaja Kosarek yang galau karena babinya sakit dan minta didoakan (ajaibnya, sesudah didoakan oleh Daniel yang rikuh karena belum pernah mendoakan babi, babi itu justru sembuh).
Anak-anak remaja itu juga belajar menghayati pelayanan Pdt Kafiar di Kosarek, yang menyelenggarakan perjamuan kudus dengan ubi jalar dan air putih, di gereja tanah yang belum akrab dengan roti, anggur dan gelas. Di Kosarek, sebagaimana disaksikan oleh Daniel, tidak ada listrik, tidak ada gas bahkan tidak ada pemerintah. Yang ada hanya gereja, dan Pdt Kafiar yang melayani mereka di sana, kadang-kadang sudah seperti Yesus, sumber segala sumber kebijakan dan solusi.
Di akhir ibadah, sejumlah anak remaja itu berjanji akan bersekolah lebih sungguh-sungguh dan akan lebih menghayati lagi arti belajar sebagai bagian dari menempa diri untuk membangun masa depan. Sehingga kelak mereka turut ambil bagian dalam memerdekakan sesama, seperti kawan-kawan mereka di pedalaman Papua (dan tentu di berbagai pelosok Banten yang juga masih ada yang mengalami ketidak-merdekaan yang sama).
No comments:
Post a Comment