07 September 2014

Tebarkan Jala di Kanan

“Tebarkan Jalamu di Sebelah Kanan Perahumu……!”

Di tengah struktur sosial dan kondisi masyarakat Indonesia, hidup juga warga masyarakat yang sekaligus anggota GKI, khususnya dalam lingkup Sinode Wilayah GKI SW Jateng. Masih terdapat anggota jemaat yang punya pergumulan berat dalam aspek sosial-ekonomi.


Tema Persidangan Majelis Sinode Wilayah (PMSW) 2014 di Magelang, 10-12 September ini  berkait erat dengan itu: MENJALA KESEJAHTERAAN UMAT, “Tebarkanlah Jalamu ke Sebelah Kanan Perahumu.” Tema ini diangkat dari inspirasi Injil menurut Yohanes 21:1-14.  Di sana dikisahkan Yesus yang bangkit ternyata tidak kecewa dan meremehkan kebutuhan kesejahteraan para murid saat itu. Ia malah ikut dalam pergumulan mereka dan sekaligus nanti juga ikut menikmati hasil kerja mereka.

“Tebarkan jalamu di sebelah kanan perahumu….!” Ternyata, Tuhan sangat memperhatikan kebutuhan sosial-ekonomi dan mau memberikan hidup baru yang holistik.  Panggilan untuk menjadi penjala manusia (Matius 4:19, Markus 1:17) tidak boleh dipersempit sebagai proselitisme (usaha untuk memasukkan orang ke dalam kelompok agama kita). Manusia tidak hanya membutuhkan pertobatan dan kabar baik untuk berdamai dengan Allah seperti yang selama ini diupayakan dalam penginjilan. Manusia juga membutuhkan kabar baik untuk mengalami kesejahteraan konkret.

Untuk mewujudkan ini, ada beberapa “jalan masuk” yang dapat dipikirkan:
1. Dalam PMSW ini perlu dipergumulkan dengan sungguh-sungguh komitmen gereja dalam memberdayakan ekonomi jemaat lewat program yang konkret bagi semua jemaat atau jemaat-jemaat tertentu di kota kecil. Konsep sister church yang sudah mulai dilontarkan dan diluncurkan kiranya dapat menggarap kebutuhan ini. Pengalaman (keberhasilan dan kegagalan) jemaat-jemaat yang sudah memulai kerjasama pemberdayaan ekonomi warga dalam konsep tersebut dapat menjadi acuan pembelajaran bagi jemaat-jemaat yang lain.

2. Upaya memberdayakan umat dengan pemberdayaan yang mandiri dengan UB (Usaha Bersama). UB adalah komunitas kecil (sebuah jejaring) antaranggota yang sedang berjuang memberdayakan diri dalam solidaritas saling percaya dan saling membantu. Di dalam UB bisa digalang modal kerja bersama dan pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Keberadaan dan perkembangan UB ini didukung seluruh jemaat (jejaring yang lebih luas), terutama oleh anggota jemaat kelas menengah dan kaya.

Kemudian sesudah cukup matang, persahabatan dalam UB ini terbuka dengan menerima warga masyarakat di lingkungan terdekat (jejaring yang inklusif). Di dalam UB, para anggotanya belajar untuk berorganisasi sebagai sarana yang sangat penting untuk mengembangkan kepercayaan diri, mental kewirausahaan, dan solidaritas.

3. Jemaat-jemaat GKI SW Jateng perlu mulai memikirkan sebuah transformasi konsep dan praktek perwilayahan jemaat menjadi KBJ (Komunitas Basis Jemaat). Di dalam KBJ sebagai jejaring umat, setiap anggota jemaat dan keluarga-keluarga berjuang untuk hidup bersama dan bekerjasama. Tekanan dalam KBJ bukanlah kegiatan ritual (seperti misalnya, persekutuan yang diisi renungan atau pemahaman Alkitab, kesaksian, doa dan pujian) melainkan program kehidupan bersama. Inspirasi dan refleksi di sekitar Injil tetap menjadi sumber namun dilaksanakan dengan cara yang baru. Dalam KBJ ini, kegembiraan dan pergumulan setiap anggota jemaat “disharingkan” dan ”dikelola” (baca: dijala atau dijaring) bersama dalam persahabatan yang saling percaya dan mengasihi.

(Disajikan sebagai Seri Pembinaan pada Warta Jemaat GKI Sarua Indah 7 September 2014. Disarikan dari Dokumen 1-B bahan Persidangan Majelis Sinode Wilayah (PMSW) IX GKI SW Jateng 10-12 September 2014 di Magelang, yang disusun oleh  Pdt Em Widi Artanto)

No comments:

Post a Comment