“Di dalam melayani Tuhan tidak ada tugas yang lebih
rohani atau kurang rohani.
Kalau setiap tugas dilakukan dengan hati yang
beribadah kepada Tuhan maka tugas itu pasti rohani.”
Pelayanan
dalam ibadah bukan monopoli Pendeta dan Penatua. Semakin banyak anggota jemaat
yang mengambil bagian dalam pelayanan ibadah semakin baik. Ini memperlihatkan
sebuah Jemaat yang sehat dan demokratis. Secara teologis hal
tersebut memperlihatkan gambaran imamat
Am orang percaya. Kesatuan sebagai Tubuh Kristus semakin terlihat dan
dirasakan. Di mana setiap anggota jemaat mempunyai tugas panggilan untuk mengambil bagian dalam pelayanan jemaat.
Pada kesempatakan kali ini kita akan membahas peran
Penyambutan Jemaat dan kolektan (pengumpul persembahan jemaat).
Keduanya merupakan unsur penting dalam ibadah. Bisa saja bahwa kedua bentuk
pelayanan tersebut diambil alih atau dilakukan semuanya oleh Penatua. Tetapi,
seperti dikatakan sebelumnya, gereja yang sehat adalah gereja yang sebanyak
mungkin melibatkan anggota jemaat dalam pelayanan. Besar harapan kita bahwa
pelayanan penyambutan jemaat dan pengumpulan persembahan pun memberikan
kontribusi yang baik bagi kehidupan persekutuan jemaat kita.
PENYAMBUT JEMAAT
Ada
istilah keliru yang sering kita ucapkan yaitu ”penyambutan tamu” atau
“penyambut tamu” dalam ibadah. Penyambutan/peyambut tamu mengindikasikan bahwa anggota
jemaat yang datang untuk beribadah kita lihat sebagai yang bukan bagian yang
utuh dari persekutuan kita. Istilah yang lebih tepat ialah penyambutan jemaat dan yang melakukannya kita sebut penyambut jemaat. Istilah ini lebih
tepat dan lebih dapat dipertanggung jawabkan secara teologis. Sebab istilah
penyambut jemaat lebih memperlihatkan kedekatan hubungan antara penyambut
dengan yang disambut.
Ada ungkapan yang mengatakan, “ibadah yang berkualitas di mulai dari pintu masuk gereja.” Ungkapan
ini mengingatkan kita akan pentingnya penyambutan yang ramah dan bersahabat
terhadap anggota jemaat atau pun simpatisan yang datang beribadah. Penyambutan
terhadap anggota jemaat dan simpatisan dapat dilakukan oleh Penatua atau
aktifis bahkan bila perlu dapat dilakukan oleh keduanya.
Penyambut jemaat (Usher), dapat diibaratkan
sebagai “pager ayu” nya gereja. Kesan pertama mereka yang
datang beribadah di gereja kita juga sangat dipengaruhi oleh peran penyambut
jemaat. Apabila mereka mendapatkan kesan yang baik maka mereka pun mendapatkan
kesan yang baik tentang gereja kita. Sebaliknya, jika kita kurang memberikan
perhatian yang baik kepada setiap anggota jemaat yang akan hadir dalam ibadah
maka mereka bisa saja mendapat kesan yang tidak baik atau bahkan kecewa dengan
gereja kita.
Kelihatannya
tugas pelayanan penyambut jemaat sangat sederhana. Tetapi sebenarnya pelayanan
ini tidak kalah pentingnya dengan tugas pelayanan yang lain dalam suatu ibadah
jemaat.Sebagai penyambut jemaat Anda tidak sedang melayani manusia, melainkan melayani Allah melalui
kehadiran setiap warga jemaat yang Anda sapa di pintu masuk gereja.
Apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh
seorang penyambut jemaat?
Ada
empat tahapan yang perlu dilakukan oleh seorang penyambut jemaat yaitu tahap
persiapan, sebelum ibadah berlangsung, ketika ibadah berlangsung dan setelah
ibadah selesai.
* PERSIAPAN:
Yang
dimaksudkan dengan tahap persiapan ialah
hal apa saja yang harus dilakukan atau
dipersiapkan oleh seorang penyambut jemaat sebelum melaksanakan tugas pelayanannya.
1. Perhatikan jadual tugas yang telah ditentukan.
Perhatikan juga siapa rekan sepelayanan Anda pada hari Minggu itu. Siapkan diri
Anda sebaik mungkin beberapa hari sebelumnya agar pada saat bertugas hati dan
pikiran Anda sungguh-sungguh tertuju bagi pelayanan tersebut.
2. Bawakan dalam doa pelayanan yang akan Anda lakukan.
Sebab yang Anda layani adalah Tuhan melalui setiap pribadi warga jemaat yang
Anda sapa.
3. Apabila Anda berhalangan carilah sedapat mungkin rekan
sepelayanan lain yang dapat menggantikan Anda dan informasikan kepada
koordinator tim penyambut jemaat. Sehingga pelayanan penyambutan jemaat tetap
dapat berjalan dengan baik.
4. Perhatikan kerapihan/estetika berpakaian Anda. Jangan
sampai cara berpakaian Anda menjadi batu sandungan bagi mereka yang akan
beribadah (sebagai bahan pertimbangan perhatikan apa
yang disampaikan Bambang H. Ibrahim mengenai tips-tips fesyen dalam pelayanan).
* KETIKA IBADAH
BELUM BERLANGSUNG:
1. Idealnya, datanglah di gereja ± 30 menit sebelum
ibadah dimulai. Ini dilakukan agar kita mempunyai cukup waktu bagi pengaturan
tugas dan lokasi penyambutan (siapa yang bertugas di sebelah
kanan atau sebelah kiri pintu masuk gereja, siapa berpasangan dengan siapa dan
sebagainya; serta siapa yang bertugas menghantar warga jemaat yang datang
terlambat ke tempat duduk).
2. Penyambut jemaat jangan hanya berada di pintu utama
gereja, melainkan juga pada pintu masuk lainnya.
3. Bersikaplah santai, ramah, penuh kehangatan dalam
menyambut jemaat, dan senyum yang baik tanpa terkesan dipaksakan atau terpaksa.
Warga jemaat dapat melihat apakahAnda “orisinal” atau “kamuflase” dalammenyambut kehadiran mereka.
4. Tataplah wajah dan mata orang yang kita sapa atau ajak
bicara. Sebuah kekeliruan besar apabila kita bersalaman tetapi wajah kita
berpaling dari wajah orang itu dan mengarahkan pada sudut pandang yang lain.
Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak enak di hati bahkan sakit hati bagi
mereka yang sangat peka.
5. Jika perlu ada satu atau dua orang penyambut jemaat
yang bertugas menghantar anggota jemaat ke tempat duduk. Ini bermanfaat untuk
menciptakan keteraturan formasi duduk jemaat yang hadir dalam ibadah
* KETIKA
IBADAH BERLANGSUNG:
Peran
penyambut jemaat belum berakhir ketika kebaktian dimulai. Setidaknya 10 menit
setelah ibadah berlangsung ada beberapa orang penyambut jemaat yang tetap
melaksanakan pelayanannya.
Dalam
setiap pelaksanaan ibadah tidak sedikit warga jemaat yang datang
terlambat. Pada moment-moment tertentu, misalnya Perjamuan Kudus, Kebaktian
Natal, Kebaktian Paskah, Baptisan dan sebagainya gereja penuh sesak. Mereka
yang datang terlambat biasanya mengalami kesulitan mencari tempat duduk.
Seorang penyambut jemaat perlu menolong mereka. Mencarikan dan menghantar
mereka sampai ke tempat duduk. Sehingga warga jemaat yang datang terlambat
tidak bergerombol di belakang dan mengganggu jalannya ibadah.
*SETELAH
IBADAH SELESAI:
Sangat
baik apabila penyambut jemaat pun ikut berdoa bersama di ruang konsistori
bersama Pendeta, Penatua, Kolektan dan yang lainnya. Sebagai tanda syukur atas
penyertaan Tuhan dalam seluruh ibadah dan pelayanan yang kita lakukan.
KOLEKTAN
Kolektan
membantu Majelis Jemaat dengan membantu mengumpulkan (collect) persembahan
jemaat dan menghitung jumlah anggota jemaat yang hadir dalam ibadah tersebut.
Beberapa jemaat GKI (terutama jemaat besar di Jakarta) malah membentuk kelompok
kerja keuangan yang bertugas mengatur penjadualan kolektan dan sekaligus
membantu Majelis Jemaat menghitung uang persembahan jemaat. Kelompok kerja
keuangan ini terdiri dari penatua dan beberapa aktifis jemaat yang mempunyai
perhatian terhadap masalah ini. Pembentukan kelompok kerja tersebut setidaknya
menandakan bahwa pelayanan seorang kolektan juga penting. Kelihatannya
sederhana tetapi penting.
Dapat
Saudara bayangkan bagaimana repotnya Penatua dalam pelayanan di hari Minggunya.
Selain mempersiapkan dan bertanggung jawab atas pelaksanan ibadah, Penatua juga
harus mengedarkan kantong kolekte, menghitungnya serta merapikannya. Dengan
adanya kolektan, satu tugas pelayanan Penatua telah berkurang. Pada sisi yang
lain, ada anggota jemaat yang mendapatkan sarana untuk ambil bagian dalam
pelayanan di gerejanya.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan seorang kolektan agar ia
dapat melakukan pelayanannya dengan baik, yaitu sebagai berikut:
* PERSIAPAN
PRIBADI DI RUMAH:
1. Perhatikan jadual tugas yang telah ditentukan. Siapkan
diri Anda sebaik mungkin beberapa hari sebelumnya agar pada saat bertugas hati
dan pikiran Anda sungguh-sungguh tertuju bagi pelayanan tersebut.
2. Bawakan dalam doa pelayanan yang akan Anda lakukan.
Sebab yang Anda layani adalah Tuhan melalui setiap pribadi anggota jemaat yang
tengah memberikan ungkapan syukurnya kepada Tuhan.
3. Apabila Anda berhalangan carilah sedapat mungkin rekan
sepelayanan lain yang dapat menggantikan Anda dan informasikan kepada
kordinator tim kolektan agar ia mengetahui siapa pengganti Anda. Sehingga
pelayanan pengumpulan persembahan tetap dapat berjalan dengan baik.
4. Perhatikan kerapihan/estetika berpakaian Anda. Jangan
sampai cara berpakaian Anda menjadi batu sandungan bagi mereka yang akan
beribadah. Pakailah pakaian yang rapih (sebagai bahan pertimbangan
perhatikan apa yang disampaikan Bambang H. Ibrahim mengenai tips-tips fesyen
dalam pelayanan).
* PERSIAPAN
BERSAMA DI GEREJA:
1. Datanglah ± 15 – 10 menit sebelum ibadah dimulai.
Datang lebih awal diperlukan agar Anda dapat melakukan koordinasi dalam teknis
pengumpulan persembahan bersama koordinator kolektan dan rekan sepelayanan
lainnya (misalnya: siapa pasangan Anda dalam
pengumpulan persembahan, lokasi pengumpulan persembahan, pembagian kertas
pencatatan jumlah anggota jemaat yang hadir dalam ibadah pada lokasi
pengumpulan persembahan yang telah ditentukan).
2. Apabila Anda datang terlambat tanyakan pada
koordinator kolektan apakah tugas anda telah digantikan oleh orang lain atau
belum. Hal ini perlu dilakukan guna mencegah hal yang tidak diinginkan.
Misalnya: ketika bagian pengumpulan persembahan Anda maju ke depan menuju Altar
untuk mengambil kantong kolekte ternyata sudah ada orang lain yang menggantikan
tugas Anda.
3. Selain itu, 5 menit sebelum ibadah dimulai Majelis
Jemaat melakukan doa bersama di konsistori. Sebagai kolektan sangat baik
apabila Anda dapat berdoa bersama dengan Penatua dan pendeta. Bukankah ibadah
jemaat merupakan bentuk pelayanan bersama. Memang Majelis Jemaat merupakan
penanggung jawab pelaksanaan ibadah, tetapi ibadah itu sendiri merupakan
pelayanan bersama umat dalam memuji dan mendengarkan pengajaran firman Tuhan
dalam ibadah.
4. Duduklah di tempat yang telah disediakan. Hal ini
untuk mempermudah dan mempercepat kolektan untuk segera dapat mengambil kantong
kolekte yang berada di altar.
* PELAKSANAAN:
1. Edarkan kantong kolekte sesuai dengan pembagian
wilayah yang telah ditentukan.
2. Hitunglah jumlah anggota jemaat yang hadir dalam
ibadah pada wilayah di mana Anda mengedarkan kantong kolekte tersebut.
Tujuannya ialah untuk mendapatkan data yang lebih otentik mengenai jumlah
kehadiran warga jemaat dalam kebaktian tersebut (sebagai data pembanding jumlah
kehadiran yang terdapat pada alat hitung kehadiran yang tersedia di tiap pintu
masuk gereja/ dipegangoleh counter).
3. Lakukanlah prosesi bersama-sama kolektan lainnya
menuju altar setelah selesai mengedarkan kantong kolekte.
4. Berdiri di depan di depan altar dan ambilah tempat
yang sesuai dengan arah tempat penyimpanan kantong kolekte itu agar tidak
terjadi kekacauan saat meletakkan kantong persembahan pada tempatnya setelah
Penatua menaikkan doa persembahan. Tentu hal ini tidak sedap di lihat oleh
jemaat yang hadir dan sekaligus memperlihatkan kurangnya koordinasi dalam
pelayanan yang kita lakukan.
* SETELAH
IBADAH SELESAI:
Sebagaimana
sebelum ibadah kita berdoa bersama maka pada saat mengakhiri pelayanan pun kita
berdoa bersama dengan rekan sepelayanan lainnya: Penatua, Pendeta, penyambut
jemaat, pemusik dan pemandu pujian. Bersama-sama kita mengucap syukur untuk
seluruh penyertaan Tuhan dalam ibadah kita.
Sebagai penyambut jemaat dan kolektan, kita harus
ingat bahwa kita melayani bukan karena kita punya
waktu lebih. Daripada di rumah tidak ada kegiatan lebih
baik menyibukkan diri dengan kegiatan di gereja. Kita melayani di gereja itu juga bukan karena kita memang
berminat, kepingin, bersedia, atau hobby. Kita melayani karena Kristus Yesus sudah melayani kita terlebih
dahulu. Selama hidupNya ditandai oleh kesediaan untuk melayani.
Tujuan hidup Yesus bukanlah untuk mendapat pelayanan melainkan untuk memberikan
pelayanan. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa bagian Alkitab, yaitu
Yohanes 3: 16, Roma 5: 8, I Yoh. 4: 10, Matius 20: 28 dan Markus 10: 45. Kita melayani sebagai tanda ungkapan
syukur kita atas apa yang telah Tuhan lakukan dan berikan bagi kita.
Pelayanan bukan tugas tambahan bagi gereja atau
orang-orang percaya tetapi merupakan bagian dari kehidupannya. Sebagaimana kehidupan Kristus Yesus itu sendiri
(Markus 9: 35; 10: 44). Pelayanan juga
merupakan panggilan bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus Yesus
sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Bahkan pelayanan merupakan karunia
Tuhan yang patut dipergunakan untuk membangun Tubuh Kristus, yaitu gerejaNya.
Setiap orang dapat melayani. Rahasia untuk menjadi seorang pelayan yang baik dan berhasil ialah
apabila Anda mempunyai hati yang mau
melayani Allah dan sesama; dan bukan untuk kepentingan sendiri.
****
(Bahan Pembinaan Penyambut Jemaat dan Kolektan yang dibawakan Pdt Yerusa Maria Agustini di GKI Sarua Indah, Juni 2015)
No comments:
Post a Comment