13 June 2015

Penyambut Jemaat dan Kolektan



“Di dalam melayani Tuhan tidak ada tugas yang lebih rohani atau kurang rohani.
Kalau setiap tugas dilakukan dengan hati yang beribadah kepada Tuhan maka tugas itu pasti rohani.”

Pelayanan dalam ibadah bukan monopoli Pendeta dan Penatua. Semakin banyak anggota jemaat yang mengambil bagian dalam pelayanan ibadah semakin baik. Ini memperlihatkan sebuah Jemaat yang sehat dan demokratis. Secara teologis hal tersebut memperlihatkan gambaran imamat Am orang percaya. Kesatuan sebagai Tubuh Kristus semakin terlihat dan dirasakan. Di mana setiap anggota jemaat mempunyai tugas panggilan untuk mengambil bagian dalam pelayanan jemaat.

Pada kesempatakan kali ini kita akan membahas peran Penyambutan Jemaat dan kolektan (pengumpul persembahan jemaat). Keduanya merupakan unsur penting dalam ibadah. Bisa saja bahwa kedua bentuk pelayanan tersebut diambil alih atau dilakukan semuanya oleh Penatua. Tetapi, seperti dikatakan sebelumnya, gereja yang sehat adalah gereja yang sebanyak mungkin melibatkan anggota jemaat dalam pelayanan. Besar harapan kita bahwa pelayanan penyambutan jemaat dan pengumpulan persembahan pun memberikan kontribusi yang baik bagi kehidupan persekutuan jemaat kita.

PENYAMBUT JEMAAT
Ada istilah keliru yang sering kita ucapkan yaitu ”penyambutan tamu” atau “penyambut tamu” dalam ibadah. Penyambutan/peyambut tamu mengindikasikan bahwa anggota jemaat yang datang untuk beribadah kita lihat sebagai yang bukan bagian yang utuh dari persekutuan kita. Istilah yang lebih tepat ialah penyambutan jemaat dan yang melakukannya kita sebut penyambut jemaat. Istilah ini lebih tepat dan lebih dapat dipertanggung jawabkan secara teologis. Sebab istilah penyambut jemaat lebih memperlihatkan kedekatan hubungan antara penyambut dengan yang disambut.
Ada ungkapan yang mengatakan, “ibadah yang berkualitas di mulai dari pintu masuk gereja.” Ungkapan ini mengingatkan kita akan pentingnya penyambutan yang ramah dan bersahabat terhadap anggota jemaat atau pun simpatisan yang datang beribadah. Penyambutan terhadap anggota jemaat dan simpatisan dapat dilakukan oleh Penatua atau aktifis bahkan bila perlu dapat dilakukan oleh keduanya.

Penyambut jemaat (Usher), dapat diibaratkan sebagai “pager ayu” nya gereja. Kesan pertama mereka yang datang beribadah di gereja kita juga sangat dipengaruhi oleh peran penyambut jemaat. Apabila mereka mendapatkan kesan yang baik maka mereka pun mendapatkan kesan yang baik tentang gereja kita. Sebaliknya, jika kita kurang memberikan perhatian yang baik kepada setiap anggota jemaat yang akan hadir dalam ibadah maka mereka bisa saja mendapat kesan yang tidak baik atau bahkan kecewa dengan gereja kita.

Kelihatannya tugas pelayanan penyambut jemaat sangat sederhana. Tetapi sebenarnya pelayanan ini tidak kalah pentingnya dengan tugas pelayanan yang lain dalam suatu ibadah jemaat.Sebagai penyambut jemaat Anda tidak sedang melayani manusia, melainkan melayani Allah melalui kehadiran setiap warga jemaat yang Anda sapa di pintu masuk gereja.
Apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh seorang penyambut jemaat?
Ada empat tahapan yang perlu dilakukan oleh seorang penyambut jemaat yaitu tahap persiapan, sebelum ibadah berlangsung, ketika ibadah berlangsung dan setelah ibadah selesai.
* PERSIAPAN:
Yang dimaksudkan dengan tahap persiapan ialah hal apa saja yang harus dilakukan atau dipersiapkan oleh seorang penyambut jemaat sebelum melaksanakan tugas pelayanannya.
1.       Perhatikan jadual tugas yang telah ditentukan. Perhatikan juga siapa rekan sepelayanan Anda pada hari Minggu itu. Siapkan diri Anda sebaik mungkin beberapa hari sebelumnya agar pada saat bertugas hati dan pikiran Anda sungguh-sungguh tertuju bagi pelayanan tersebut.
2.      Bawakan dalam doa pelayanan yang akan Anda lakukan. Sebab yang Anda layani adalah Tuhan melalui setiap pribadi warga jemaat yang Anda sapa.
3.      Apabila Anda berhalangan carilah sedapat mungkin rekan sepelayanan lain yang dapat menggantikan Anda dan informasikan kepada koordinator tim penyambut jemaat. Sehingga pelayanan penyambutan jemaat tetap dapat berjalan dengan baik.
4.      Perhatikan kerapihan/estetika berpakaian Anda. Jangan sampai cara berpakaian Anda menjadi batu sandungan bagi mereka yang akan beribadah (sebagai bahan pertimbangan perhatikan apa yang disampaikan Bambang H. Ibrahim mengenai tips-tips fesyen dalam pelayanan).
* KETIKA IBADAH BELUM BERLANGSUNG:
1.       Idealnya, datanglah di gereja ± 30 menit sebelum ibadah dimulai. Ini dilakukan agar kita mempunyai cukup waktu bagi pengaturan tugas dan lokasi penyambutan (siapa yang bertugas di sebelah kanan atau sebelah kiri pintu masuk gereja, siapa berpasangan dengan siapa dan sebagainya; serta siapa yang bertugas menghantar warga jemaat yang datang terlambat ke tempat duduk).
2.      Penyambut jemaat jangan hanya berada di pintu utama gereja, melainkan juga pada pintu masuk lainnya.
3.      Bersikaplah santai, ramah, penuh kehangatan dalam menyambut jemaat, dan senyum yang baik tanpa terkesan dipaksakan atau terpaksa. Warga jemaat dapat melihat apakahAnda “orisinal” atau “kamuflase” dalammenyambut kehadiran mereka.
4.      Tataplah wajah dan mata orang yang kita sapa atau ajak bicara. Sebuah kekeliruan besar apabila kita bersalaman tetapi wajah kita berpaling dari wajah orang itu dan mengarahkan pada sudut pandang yang lain. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak enak di hati bahkan sakit hati bagi mereka yang sangat peka.
5.      Jika perlu ada satu atau dua orang penyambut jemaat yang bertugas menghantar anggota jemaat ke tempat duduk. Ini bermanfaat untuk menciptakan keteraturan formasi duduk jemaat yang hadir dalam ibadah
KETIKA IBADAH BERLANGSUNG:
Peran penyambut jemaat belum berakhir ketika kebaktian dimulai. Setidaknya 10 menit setelah ibadah berlangsung ada beberapa orang penyambut jemaat yang tetap melaksanakan pelayanannya.
Dalam setiap pelaksanaan ibadah  tidak sedikit warga jemaat yang datang terlambat. Pada moment-moment tertentu, misalnya Perjamuan Kudus, Kebaktian Natal, Kebaktian Paskah, Baptisan dan sebagainya gereja penuh sesak. Mereka yang datang terlambat biasanya mengalami kesulitan mencari tempat duduk. Seorang penyambut jemaat perlu menolong mereka. Mencarikan dan menghantar mereka sampai ke tempat duduk. Sehingga warga jemaat yang datang terlambat tidak bergerombol di belakang dan mengganggu jalannya ibadah.
*SETELAH IBADAH SELESAI:
Sangat baik apabila penyambut jemaat pun ikut berdoa bersama di ruang konsistori bersama Pendeta, Penatua, Kolektan dan yang lainnya. Sebagai tanda syukur atas penyertaan Tuhan dalam seluruh ibadah dan pelayanan yang kita lakukan.

KOLEKTAN
Kolektan membantu Majelis Jemaat dengan membantu mengumpulkan (collect) persembahan jemaat dan menghitung jumlah anggota jemaat yang hadir dalam ibadah tersebut. Beberapa jemaat GKI (terutama jemaat besar di Jakarta) malah membentuk kelompok kerja keuangan yang bertugas mengatur penjadualan kolektan dan sekaligus membantu Majelis Jemaat menghitung uang persembahan jemaat. Kelompok kerja keuangan ini terdiri dari penatua dan beberapa aktifis jemaat yang mempunyai perhatian terhadap masalah ini. Pembentukan kelompok kerja tersebut setidaknya menandakan bahwa pelayanan seorang kolektan juga penting. Kelihatannya sederhana tetapi penting.
Dapat Saudara bayangkan bagaimana repotnya Penatua dalam pelayanan di hari Minggunya. Selain mempersiapkan dan bertanggung jawab atas pelaksanan ibadah, Penatua juga harus mengedarkan kantong kolekte, menghitungnya serta merapikannya. Dengan adanya kolektan, satu tugas pelayanan Penatua telah berkurang. Pada sisi yang lain, ada anggota jemaat yang mendapatkan sarana untuk ambil bagian dalam pelayanan di gerejanya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan seorang kolektan agar ia dapat melakukan pelayanannya dengan baik, yaitu sebagai berikut:
* PERSIAPAN PRIBADI DI RUMAH:
1.       Perhatikan jadual tugas yang telah ditentukan. Siapkan diri Anda sebaik mungkin beberapa hari sebelumnya agar pada saat bertugas hati dan pikiran Anda sungguh-sungguh tertuju bagi pelayanan tersebut.
2.      Bawakan dalam doa pelayanan yang akan Anda lakukan. Sebab yang Anda layani adalah Tuhan melalui setiap pribadi anggota jemaat yang tengah memberikan ungkapan syukurnya kepada Tuhan.
3.      Apabila Anda berhalangan carilah sedapat mungkin rekan sepelayanan lain yang dapat menggantikan Anda dan informasikan kepada kordinator tim kolektan agar ia mengetahui siapa pengganti Anda. Sehingga pelayanan pengumpulan persembahan tetap dapat berjalan dengan baik.
4.      Perhatikan kerapihan/estetika berpakaian Anda. Jangan sampai cara berpakaian Anda menjadi batu sandungan bagi mereka yang akan beribadah. Pakailah pakaian yang rapih (sebagai bahan pertimbangan perhatikan apa yang disampaikan Bambang H. Ibrahim mengenai tips-tips fesyen dalam pelayanan).
PERSIAPAN BERSAMA DI GEREJA:
1.       Datanglah ± 15 – 10 menit sebelum ibadah dimulai. Datang lebih awal diperlukan agar Anda dapat melakukan koordinasi dalam teknis pengumpulan persembahan bersama koordinator kolektan dan rekan sepelayanan lainnya (misalnya: siapa pasangan Anda dalam pengumpulan persembahan, lokasi pengumpulan persembahan, pembagian kertas pencatatan jumlah anggota jemaat yang hadir dalam ibadah pada lokasi pengumpulan persembahan yang telah ditentukan).
2.      Apabila Anda datang terlambat tanyakan pada koordinator kolektan apakah tugas anda telah digantikan oleh orang lain atau belum. Hal ini perlu dilakukan guna mencegah hal yang tidak diinginkan. Misalnya: ketika bagian pengumpulan persembahan Anda maju ke depan menuju Altar untuk mengambil kantong kolekte ternyata sudah ada orang lain yang menggantikan tugas Anda.
3.      Selain itu, 5 menit sebelum ibadah dimulai Majelis Jemaat melakukan doa bersama di konsistori. Sebagai kolektan sangat baik apabila Anda dapat berdoa bersama dengan Penatua dan pendeta. Bukankah ibadah jemaat merupakan bentuk pelayanan bersama. Memang Majelis Jemaat merupakan penanggung jawab pelaksanaan ibadah, tetapi ibadah itu sendiri merupakan pelayanan bersama umat dalam memuji dan mendengarkan pengajaran firman Tuhan dalam ibadah.
4.      Duduklah di tempat yang telah disediakan. Hal ini untuk mempermudah dan mempercepat kolektan untuk segera dapat mengambil kantong kolekte yang berada di altar.

PELAKSANAAN:
1.       Edarkan kantong kolekte sesuai dengan pembagian wilayah yang telah ditentukan.
2.      Hitunglah jumlah anggota jemaat yang hadir dalam ibadah pada wilayah di mana Anda mengedarkan kantong kolekte tersebut. Tujuannya ialah untuk mendapatkan data yang lebih otentik mengenai jumlah kehadiran warga jemaat dalam kebaktian tersebut (sebagai data pembanding jumlah kehadiran yang terdapat pada alat hitung kehadiran yang tersedia di tiap pintu masuk gereja/ dipegangoleh counter).
3.      Lakukanlah prosesi bersama-sama kolektan lainnya menuju altar setelah selesai mengedarkan kantong kolekte.
4.      Berdiri di depan di depan altar dan ambilah tempat yang sesuai dengan arah tempat penyimpanan kantong kolekte itu agar tidak terjadi kekacauan saat meletakkan kantong persembahan pada tempatnya setelah Penatua menaikkan doa persembahan. Tentu hal ini tidak sedap di lihat oleh jemaat yang hadir dan sekaligus memperlihatkan kurangnya koordinasi dalam pelayanan yang kita lakukan.

SETELAH IBADAH SELESAI:
Sebagaimana sebelum ibadah kita berdoa bersama maka pada saat mengakhiri pelayanan pun kita berdoa bersama dengan rekan sepelayanan lainnya: Penatua, Pendeta, penyambut jemaat, pemusik dan pemandu pujian. Bersama-sama kita mengucap syukur untuk seluruh penyertaan Tuhan dalam ibadah kita.
Sebagai penyambut jemaat dan kolektan, kita harus ingat bahwa kita melayani  bukan karena kita punya waktu lebih. Daripada di rumah tidak ada kegiatan lebih baik menyibukkan diri dengan kegiatan di gereja. Kita melayani di gereja itu juga bukan karena kita memang berminat, kepingin, bersedia, atau hobby. Kita melayani karena Kristus Yesus sudah melayani kita terlebih dahulu. Selama hidupNya ditandai oleh kesediaan untuk melayani. Tujuan hidup Yesus bukanlah untuk mendapat pelayanan melainkan untuk memberikan pelayanan.  Hal ini dapat kita lihat pada beberapa bagian Alkitab, yaitu Yohanes 3: 16, Roma 5: 8, I Yoh. 4: 10, Matius 20: 28 dan Markus 10: 45. Kita melayani  sebagai tanda ungkapan syukur kita atas apa yang telah Tuhan lakukan dan berikan bagi kita.

Pelayanan bukan tugas tambahan bagi gereja atau orang-orang percaya tetapi merupakan bagian dari kehidupannya. Sebagaimana kehidupan Kristus Yesus itu sendiri (Markus 9: 35; 10: 44). Pelayanan juga merupakan panggilan  bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.  Bahkan pelayanan merupakan karunia Tuhan yang patut dipergunakan untuk membangun Tubuh Kristus, yaitu gerejaNya.
Setiap orang dapat melayani. Rahasia untuk menjadi seorang pelayan yang baik dan berhasil ialah apabila Anda mempunyai hati yang mau melayani Allah dan sesama; dan bukan untuk kepentingan sendiri.
****
 (Bahan Pembinaan Penyambut Jemaat dan Kolektan yang dibawakan Pdt Yerusa Maria Agustini di GKI Sarua Indah, Juni 2015)




No comments:

Post a Comment