25 October 2015

Ibadah Pengajaran oleh Pdt Tabita



Untuk pertama kalinya pada hari Minggu 25 Oktober 2015, gereja kami melaksanakan Ibadah Pengajaran dengan pokok pengajaran Keikutsertaan Anak dalam Perjamuan Kudus. 

Ia disebut Ibadah Pengajaran karena ibadah itu difokuskan untuk mengajarkan satu tema tertentu. Pengajaran mengambil porsi waktu yang paling banyak dalam ibadah. Termasuk disediakannya waktu untuk bertanya bagi anggota jemaat dan pendeta menjawab pertanyaan tersebut.

"Keikutsertaan Anak dalam Perjamuan Kudus" dipilih sebagai topik karena dianggap hal itu perlu disosialisasikan.sehingga apabila gereja kami memutuskan akan melaksanakan Perjamuan Kudus yang mengikutsertakan anak, hal itu benar-benar didasarkan pada pemahaman yang utuh dan benar oleh seluruh warga jemaat.


Sejak tahun 1996, Reformed Ecumenical Council (REC) tempat dimana GKI Sinode Wilayah Jateng bergabung telah memutuskan bahwa anggota-anggotanya akan mengikut sertakan anak dalam perjamuan kudus. Namun baru pada tahun 2012 GKI Jateng secara serius melakukan seminar tentang hal itu.

"Sekalipun lambat, GKI Jateng mau mempelajari dasar-dasar teologis dan psikologis keikutsertaan anak dalam Perjamuan Kudus agar jika suatu kali melakukannya benar-benar didasari pemahaman teologis yang kuat dan bukan sekadar melaksanakan keputusan sinode," demikian Pdt Dr. Tabita Kartika Christiani menulis dalam kata pengantar Buku Panduan Keikutsertaan Anak dalam Perjamuan Kudus (2015) yang diterbitkan oleh BPMSW GKI Jateng.

Pdt Tabita pula yang kami undang menjadi pelayan firman pada ibadah pengajaran kami hari Minggu itu. Sehari-hari Pdt Tabita melayani di GKI Ngupasan, Yogyakarta, selain menjadi pengajar di Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana.

Dua bulan lalu kami menghubungi dan menanyakan kesediaan beliau. Pucuk di cinta ulam tiba. Ternyata beliau dapat melayani permintaan kami pada 25 Oktober. Bahkan, ia juga bersedia ketika kami meminta waktunya pada 24 Oktober, untuk memberikan pembinaan tentang topik yang sama dalam lingkup yang lebih kecil, yaitu dengan para para anggota majelis jemaat, pengurus komisi, guru-guru sekolah minggu dan orang tua murid sekolah minggu.

Terpujilah Tuhan, ternyata Ibu Pdt Tabita adalah pengajar yang dengan cepat mengenali suasana hati kami umatnya. Topik penting ini dia bawakan dengan cara yang benar-benar membawa jemaat memahami dan menghayati bukan hanya mengapa anak-anak perlu diundang mengikuti perjamuan kudus, tetapi juga betapa anak-anak itu adalah juga anggota penuh sebuah gereja dan mereka juga turut memperoleh janji keselamatan 100 persen, full, tidak berbeda dengan orang dewasa.

Jemaat juga cukup antusias mengajukan pertanyaan, terutama dalam forum pembinaan pada hari Sabtu (24/10) sore hingga malam. Sedangkan pada saat ibadah, tercatat ada tiga orang yang mengajukan pertanyaan, dan pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin memperjelas pemahaman kami tentang mengapa dan bagaimana keikutsertaan anak dalam perjamuan kudus.

Pdt Tabita menekankan perlunya kesabaran untuk mengajak seluruh jemaat untuk dapat memahami dan menerima keikutsertaan anak dalam Perjamuan Kudus. Sosialisasinya harus dilakukan terus-menerus melalui berbagai saluran, tidak hanya lewat Ibadah Pengajaran tetapi juga PA, warta jemaat dan lain-lain.


Semoga tak lama lagi kami sudah dapat menyelenggarakan perjamuan kudus yang mengikutsertakan anak. Beberapa gereja di lingkungan GKI dan GKJ sudah melaksanakannya dan kami dapat menyaksikan bagaimana hal itu berlangsung dari video yang disajikan saat khotbah.

No comments:

Post a Comment