05 August 2013

Campur Tangan Tuhan

sudah lama kutimbang-timbang utk menuliskan ini. selalu ragu-ragu. sudah berulang kali sempat kutulis, lalu kuhapus lagi, kutulis, kuhapus lagi.

sebabnya, karena apa yg akan kutuliskan ini pasti akan tidak berkenan bagi sebagian orang.
tapi akhirnya aku putuskan utk menuliskannya. daripada berputar-putar terus di kepalaku tak terpuaskan, lebih baik dibeberkan. biarlah kalau nanti ada yang keberatan, akan kuterima keberatannya. tapi kalau ada yg sependapat denganku, aku akan lebih senang lagi.


yang akan kubeberkan ini adalah tentang rasa penasaranku terhadap penggunaan kata 'campur tangan' ketika orang kristen berdoa. umpamanya, bila sedang mendoakan orang sakit, ada yang berdoa, "tuhan, campur tanganlah engkau, sembuhkan dia melalui obat yang dikonsumsinya." bila mendoakan yang akan ujian, "tuhan, campur tanganlah engkau, berikan dia kekuatan mengerjakan soal ujian," dst.

adakalanya ketika mengucapkan kata 'campur tangan' itu, huruf 'c' nya agak ditonjol-tonjolkan sehingga terkesan akan membersitkan air ludah, seperti cinta laura melafalkan huruf c pada kata becek.

sampai sekarang aku belum tahu darimana asal mula orang indonesia memintakan 'campur tangan' tuhan ketika berdoa. di alkitab jelas tak ada kata campur tangan. sampai aku sma, aku tidak pernah mendengar ada orang berdoa meminta campur tangan tuhan di gereja di kampung kami (yang secara ketat mempraktikkan ajaran martin luther), maupun di sekolah (SMA Nommensen milik HKBP). jadi dugaanku kata campur tangan itu pasti bukan dibawa oleh para misionaris generasi nommensen dari jerman.
sekali dua kali aku baru mendengar orang berdoa dengan menggunakan kata campur tangan pada persekutuan-persekutuan doa yang aku ikuti ketika kuliah di bandung. dan belakangan ini, kata campur tangan itu kian terdengar. ia bahkan kerap dipakai sebagai ganti meminta pertolongan tuhan.

lalu kenapa aku perlu mengutarakannya panjang lebar? adakah yang salah?

aku hanya ingin berbagi pemahaman saja. semoga tidak ada yang salah sangka.
kata campur tangan sebetulnya berkonotasi kurang elok dalam perspektif orang amerika. khususnya bila bicara ekonomi. adalah adam smith, ayatollah ilmu ekonomi klasik, yang pertama kali memperkenalkan istilah invisible hands (tangan tak terlihat). menurut dia, ekonomi itu akan berjalan dengan sendirinya bila masing-masing orang mengerjakan apa yang baik bagi dirinya. hanya sesekali saja perlu campur tangan pemerintah, misalnya apabila panen gagal menyebabkan beras kurang, maka perlu ada campur tangan pemerintah, misalnya dengan mengimpor. selebihnya biarkanlah ekonomi itu berjalan sendiri.

itulah yang mendorong adam smith menciptakan istilah invisible hands, sebab menurut teorinya dia, ekonomi akan berjalan dengan baik secara otomatis, seolah-olah ada tangan tak terlihat yang mengaturnya.

aku menduga dari sinilah agresi kata campur tangan itu masuk ke ranah doa. mungkin ada orang amerika yang membayangkan tuhan itu seperti pemerintah di negaranya. yang kalau tidak perlu-perlu amat, tidak mau campur tangan (dalam bahasa yang lain, campur tangan itu disebut intervensi) dalam kehidupan warganya. alhasil, karena terlalu menjaga 'standing'-nya, pemerintah paman sam itu kadang-kadang dituding terlalu cuek dan alhasil terlambat melakukan intervensi sehingga acapkali masalah terlanjur berat.

dugaan saya, ini pula yang dibayangkan oleh pendoa-pendoa itu, sehingga meminta tuhan campur tangan dalam doanya. seolah-olah ia meminta agar tuhan jangan seperti pemerintah yang cuek atau diam saja. melainkan jadilah tuhan yang aktif, memerintah dan melakukan intervensi. maka dimintakanlah agar tuhan campur tangan.

sekali lagi, dengan menuliskan ini, aku bukan tak setuju orang berdoa dengan meminta tuhan campur tangan. aku yakin, tidak pernah ada doa yang salah. bahkan seandainya doa itu salah pun, tuhan pasti akan membenarkannya.

aku hanya ingin berbagi pandangan bahwa ada baiknya kita benar-benar memahami apa yang kita ucapkan ketika berdoa. bukan membeo atau ikut-ikutan karena ada orang yang pernah berdoa dengan cara begitu. apalagi karena berdoa dengan cara itu dilakukan oleh bule-bule di televisi, lalu kita menganggap itu yang benar.

menurut pemahamanku, kita selalu diajari bahwa hidup kita ada pada pemeliharaan tuhan. bukan hanya hidup kita, bahkan hidup teman-teman kita, bahkan hidup musuh-musuh kita pun, dan ya, seluruh jagad raya ini, ada dalam pemeliharaan tangan tuhan. kita ada dalam tangannya. kita ada di rumahnya. kita ada dalam pelukannya. kita ada dalam genggamannya. dan karena itu, ia campur tangan terus. tidak ada sedetikpun ia tidak campur tangan dalam hidup kita.

meminta agar tuhan campur tangan ketika kita menginginkan sesuatu, sama halnya dengan menempatkan dia seperti tetangga sebelah, atau seperti tukang sol sepatu yang lewat, lalu kita mintaia dia campur tangan membenarkan selang gas di dapur yang kebetulan copot dan kita tidak berdaya membetulkannya. kalau sudah selesai, tuhan boleh pergi, jangan campur tangan lagi.

oleh karena pemahaman yang demikian itu pula, aku tak pernah (lagi) memintakan campur tangan tuhan dalam doa yang kupanjatkan. seperti segera terbayang padaku seseorang yang 'cawe-cawe' mau tahu urusan orang bila aku menggunakan kata campur tangan itu. seolah-olah tuhan hanya berhak tahu tentang hidup kita manakala kita perlu, lalu sesudahnya tuhan boleh jauh-jauh.

tapi inti dari berpanjang-panjang aku menuliskan ini (maaf bila tidak berkenan, lewatkan saja) ialah untuk mengatakan, marilah bila kita berdoa, menggunakan kata-kata dan pola pikir yang akrab dengan kita dan dengan teman-teman sepersekutuan yang berdoa bersama kita.

sampai aku menamatkan smp, aku tidak pernah absen ikut dalam persekutuan doa dari rumah ke rumah di kampung kami di sarimatondang. selain karena harus ikut membantu bapak yang jadi pengurus sektor, di akhir persekutuan doa itu selalu ada konsumsinya (minimal lappet, dan sangat sering makan besar pakai mi goreng atau lontong sayur).

tapi satu hal lagi yang sering kunikmati dalam persekutuan-persekutuan itu ialah menyimak cara berdoa tuan rumah. dari satu rumah ke rumah lain, selalu menyenangkan mendengar cara berdoa mereka yang masing-masing punya gaya bahasa dan pilihan kata sendiri. cara berdoa yang genuin, yang asli, yang datang dari hati terdalam mereka.kadang-kadang memang lucu juga, sampai ada yang lupa menutup dengan kata amin. kala lain, di tengah doanya, ia berhenti dan bertanya kepada tetangga duduknya tentang apa lagi yang akan didoakan. ada juga yang berhenti lamaaaaaa karena tidak tahu mengatakan apalagi. tetapi doa-doa itu aku yakin pasti lebih didengar tuhan dan lebih menyenangkan hatinya karena disampaikan dengan ketulusan, apa adanya, bukan dengan doa standar yang sudah ada templtate-nya, apalagi berdoa dengan cara meniru-niru orang bule yang pernah dilihatnya di televisi.

aduh. sudah jam berapa ini. kepanjangan aku menuliskannya.

No comments:

Post a Comment