02 November 2014

Anak Gadis yang Kukenal

seusai masa hening setelah khotbah selesai, aku tengah memelototi warta jemaat di depanku, ketika pak hutagalung yang duduk disampingku berbisik, "ssssst....lihat dulu itu siapa yang mau nyanyi, kelihatannya ada anak gadis yang kau kenal," kata dia, sambil menyuruhku mengarahkan mata kepada rombongan paduan suara yang sudah siap-siap bernyanyi.


aku sadar pak hutagalung hanya ingin menggodaku. ia mengetahui, di barisan paduan suara gabungan Pemuda dan Remaja itu, ada amartya. dan dengan bisikannya itu, beliau sebetulnya ingin mengajakku untuk memberikan dukungan kepada para anak-anak muda itu, dengan cara menyimak dan mengapresiasi persembahan lagu yang mereka bawakan.

aku pun segera menyelesaikan bacaanku. segera kuarahkan pandanganku menyaksikan penampilan mereka. kupotret juga mereka ketika bernyanyi. aku bertepuk tangan tanpa suara sebentar ketika mereka usai bernyanyi, walau kulihat amartya tak sempat lagi menyaksikan tepuk tanganku itu, karena dia dan kawan-kawannya sudah berbalik dan melangkah ke luar gereja, kembali bergabung bersama dengan teman-teman remajanya melanjutkan ibadah remaja.

tepuk tangan kecilku kudedikasikan sebagai apresiasi membayangkan bagaimana anak-anak itu berlatih, di sela-sela pelajaran sekolah yang sampai sore, kegiatan ekstrakurikuler pada sabtu pagi hingga siang, katekisasi sekali seminggu, dan berbagai aktivitas lain seperti pa dan kumpul bersama (kuber).

persembahan kepada tuhan sering disebut sebagai dupa yang harum. tapi bolehkah kali ini aku meminta kepada tuhan, agar terimalah persembahan mereka itu apa adanya, yaitu sebagai sebuah nyanyian sebagaimana sebuah nyanyian, yang datang dari hati para belia yang kadang galau, kadang berontak, kadang pasrah, kadang nakal, tetapi dengan semuanya itu, mereka masih sempat datang dan berkata, "inilah aku Tuhan?"

No comments:

Post a Comment