Aku rasakan ini adalah percakapan yang membuat kita serasa menjadi terbebas dari ruang dan waktu, sebab sebentar-sebentar kita dibawa ke suasana sebuah gereja kecil di Indramayu, tapi segera menukik ke pemikiran Calvin yang orang Perancis, singgah ke gereja Melayu di Kwitang lalu kemudian bercakap-cakap tentang Sidang Raya DGI di Tomohon.
Tetapi semua percakapan-percakapan itu tetap terasa sederhana, membumi dan tanpa beban (tidak ada penilaian lulus/tidak lulus) karena pembawaan Pdt Lazarus yang juga bersahaja. Beliau tinggal di Pamulang, kira-kira 5 kilometer dari tempat kami. Kalau dia pergi mengajar di Sekolah Tinggi Teologia (STT) Jakarta, ia sama seperti kami-kami juga, yang adalah para rombongan penumpang kereta (RPK).
"Kalau saya pergi mengajar di STT, saya naik commuter line. Naik dari stasiun Rawabuntu turun di stasiun Manggarai. Dari sana nyambung ke STT, ada dua alternatif. Kalau tidak naik bajaj, naik bemo," tutur dia, sambil kami makan siang menyantap menu ala kadarnya.
Semoga suatu hari dapat bertemu di gerbong yang sama dengan beliau.
No comments:
Post a Comment