21 December 2014

Biara Tidak Jadi Bubar

Ada sebuah biara yang hampir bubar. Penghuninya hanya tinggal enam orang lansia. Untuk menyelamatkan keadaan, pergilah pemimpin biara itu kepada seorang rabi yang terkenal bijak.

“Rabi, tolonglah beri nasihat yang dapat menolong kami,” kata kepala biara sambil terisak.


 "Maaf saya pun tidak tahu jalan keluarnya. Yang dapat saya katakan hanyalah ini. Salah seorang diantara Anda adalah Mesias.”

Setibanya kembali di biara, para biarawan lain sudah menunggu. “Apa nasihat Rabi?” tanya mereka kepada kepala biara.  Lalu kepala biara bercerita tentang nasihat rabi yang ditemuinya.

“Ia berkata bahwa salah seorang diantara kita adalah Mesias atau Kristus,” kata dia, sambil mengungkapkan dia sendiri bingung dan tidak mengerti makna jawaban tersebut.

 Pada hari-hari berikutnya, para biarawan itu memikirkan apa gerangan arti ucapan sang rabi. Apakah betul diantara mereka ada penjelmaan Kristus? Ah yang betul saja. Tetapi seandainya betul, biarawan yang mana?

Karena tidak mengetahui siapa diantara mereka yang merupakan penjelmaan Kristus, mereka mulai saling bersikap hati-hati dan penuh hormat satu sama lain. Bahkan lama-lama tiap biarawan itu mulai berpikir, “Jangan-jangan Kristus menjelma dalam diri saya.” Karena itu mereka jadi sangat hati-hati dalam tiap perkataan dan perbuatan.

Suasana di biara itu lambat laun berkembang menjadi sikap ramah,  penuh respek dan menyenangkan satu sama lain. Orang-orang yang singgah di biara itu pun melihat dan merasakan suasana indah itu. Mereka tertarik pada cara biarawan saling bersikap.

Minggu demi minggu semakin banyak orang datang beribadah ke biara. Orang-orang itu pun ikut saling memperlakukan diri sebagai Kristus. Hasilnya, biara yang semula hampir bubar, kini hidup lagi dengan baik.

(Disajikan pada Seri Pembinaan Warta Jemaat GKI Sarua Indah, 21 Desember 2014. Dipetik dari Cerita asli dari "The Different Drum" oleh Scott Peck, dikisahkan ulang oleh Andar Ismail dalam "Selamat Mengikuti Dia," hal 77-79)

No comments:

Post a Comment