07 December 2014
Menikmati Liturgi GKI
Bagaimana menikmati liturgi GKI sehingga ibadah terasa menjadi berkat bukan hanya bagi setiap pribadi tetapi juga bagi jemaat sebagai komunitas?
Salah satu caranya adalah dengan mengenali karakteristik liturgi GKI tersebut. Apabila sudah mengenal apa, bagaimana, dan maksud tujuannya apa, niscaya liturgi dapat membawa perjumpaan dengan Tuhan secara menyenangkan.
Apa saja karakteristiknya?
Pertama, teratur. Keteraturan adalah salah satu ciri yang menonjol dalam liturgi GKI. Liturgi berperan sebagai penjaga keteraturan ibadah dari awal hingga akhir. Keteraturan ini diperlukan agar kita dapat menggunakan seluruh waktu ibadah itu dengan efektif dan efisien.
Agar liturgi ini tidak hanya dilihat dari sisi negatifnya (formal, kaku, dan membosankan), berusahalah melibatkan hati kita. Kebosanan tidak akan terjadi bila kita mengenal bagian-bagian liturgi dengan baik.
Kedua, liturgi GKI dirancang untuk menuntun kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Secara keseluruhan liturgi itu menceritakan kisah perjumpaan manusia dengan Allah. Oleh setiap bagian liturgi itu kita dibawa mengalir menyusuri kembali (napak-tilas) karya keselamatan Allah bagi manusia.
Cara terbaik untuk menikmati liturgi ini adalah dengan mengikutinya seperti mengikuti sebuah aliran sungai. Kita harus berupaya agar liturgi ini berjalan mengalir selancar mungkin. Semakin mengalir, semakin nikmat pula liturgi GKI.
Ketiga, kisah perjumpaan manusia dengan Allah itu disusun dalam bentuk dialog. Dalam ibadah GKI, jemaat yang hadir tidak ditempatkan sebagai penonton atau peserta (yang hanya mengikuti instruksi seorang pemimpin ibadah). Dalam setiap bagian liturgi ini terdapat saat jemaat harus memberikan respon terhadap panggilan, anugerah, berkat dan pengutusan yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Keempat, perjumpaan kita dengan Allah tidak kita nikmati seorang diri, melainkan bersama-sama dengan jemaat yang lain. Liturgi ini tidak dirancang untuk ibadah pribadi, melainkan untuk mewujudkan perjumpaan Allah dengan umat-Nya secara komunal. Ini berarti bahwa semakin erat persekutuan kita dengan sesama semakin baik pula kualitas ibadah kita.
(Disajikan pada Seri Pembinaan Warta Jemaat GKI Sarua Indah 7 Desember 2014, dikutip dari Ambil dan Bacalah, www.suplemengki.com)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment