28 June 2015

Intervensi Tuhan dalam Jodoh

Pertanyaan: Dalam pertandingan-pertandingan kelas dunia seperti World Cup baru-baru ini atau Thomas Cup, sering para suporter dengan tegang menonton lalu menaikkan doa agar jagoan mereka menang. Demikian juga ajakan para pemandu acara di TV lokal kepada pemirsa-pemirsa mereka.

Seberapa jauh intervensi Allah terhadap permainan-permainan tersebut? Apakah pemenangnya sudah ditentukan oleh-Nya, atau menang/kalah adalah hasil usaha manusia sendiri? Bukankah manusia diberi kebebasan berlatih dengan giat agar menang, bukan berdoa untuk menang, apalagi tanpa disertai dengan usaha keras?



Demikian juga dengan jodoh. Apakah orang boleh mengatakan bahwa pasangannya adalah jodoh dari Tuhan, padahal ia sendirilah yang memilih dan menentukannya?

Tabik dan hormat kami berdua, pasutri Bibit & Ria S.

Jawaban: Bapak Bibit dan Ibu Ria yang baik,

Ini jawaban saya untuk pertanyaan yang Bapak dan Ibu sampaikan:

Dalam kitab Kejadian dengan jelas dikisahkan, bahwa Allah menciptakan manusia dengan kehendak bebasnya. Karena itulah kepada Adam dan Hawa diberikan pilihan untuk makan atau tidak makan buah pohon pengetahuan baik dan jahat (Kej. 2:17). Konsekuensi logis dari penciptaan itu, maka meski Allah Mahakuasa, tetapi Allah menahan kuasa-Nya dan tidak melakukan intervensi kecuali dalam kasus-kasus khusus.

Intervensi Allah bukan untuk memenangkan salah satu pihak yang sedang berkompetisi. Jadi kalau ada hamba Tuhan yang berani memaksa Allah untuk membela pihak tertentu, jelas itu pemahaman yang keliru. Yang menang adalah yang terbaik, hasil dari latihan yang baik, itu saja!

Lalu bagaimana dengan perjodohan? Sama saja. Dalam Alkitab memang ada kisah di mana Allah sepertinya mengatur perjodohan. Tetapi itu adalah kasus khusus. Dari seluruh Alkitab hanya beberapa kasus saja. Yang biasa ya Allah membebaskan manusia untuk memilih jodohnya. Ia menciptakan manusia itu laki-laki dan perempuan untuk menjadi penolong yang sepadan. Jadi jodohnya laki-laki ya perempuan, begitu pun sebaliknya. Siapa pun dia. Kita diberi kemampuan akal budi untuk menemukan jodoh kita.

Tentu kita bisa berdoa memohon hikmat Tuhan, tetapi kita juga harus mencari jodoh kita. Keputusan terakhir tetap pada kita dan kita harus bertanggung jawab dengan keputusan kita. Jangan menyalahkan Tuhan kalau ternyata pilihan kita salah. Karena pada hakikatnya, tidak ada pilihan yang sempurna. Yang penting bagaimana kita berkomitmen untuk hidup bersama di tengah ketidaksempurnaan itu.

(Disajikan sebagai Seri Pembinaan pada Warta Jemaat GKI Sarua Indah 28 Juni 2015, Sumber: Rubrik Pastoralia yang diasuh Pdt Rudianto Djajakartika pada www.gkipi.org. Diringkas dari artikel berjudul Intervensi Allah, Kitab Suci dan ke Gereja)

No comments:

Post a Comment