Tadi
pagi di seluruh GKI termasuk di gereja kami di Sarua, Ciputat,
dilayankan perjamuan kudus tengah tahun. Pdt Agus Wijaya dari GKI
Serpong memimpin perjamuan kudus itu.
Bagi kami, perjamuan kudus kali ini agak istimewa karena inilah untuk pertama kalinya Amartya, putri kami, mengikutinya, setelah ia angkat sidi bulan lalu. Dan sebagaimana tradisi di gereja kami, mereka yang baru pertama kali mengikutinya, disediakan tempat duduk di baris depan. Tadi pagi ada sembilan orang mereka.
Walau Amartya menyembunyikan antusiasmenya untuk mengikuti perjamuan kudus perdana ini, aku tahu di dalam hatinya ia ingin sekali merasakannya dan sejak diumumkan akan ada pelayanan perjamuan kudus tengah tahun, ia sudah looking forward bertanya ini itu.
Ketika dua pekan lalu ada PA dan diimbau agar mereka yang akan ikut perjamuan kudus hadir mengikuti Censura Morum, aku tak terlalu sulit mengajaknya turut serta, walau aku tahu, ia dalam hatinya bertanya-tanya mengapa anak remaja seperti dia diharuskan datang ke PA yang umumnya dihadiri para orang tua itu.
Ketika masih kecil, aku ingat, ia selalu dengan mata penuh penasaran dan sedikit menghiba, memandangi kami meneguk anggur dalam gelas-gelas kecil itu di gereja manakala kami mengikuti ibadah perjamuan kudus. (aku pernah menulisnya pada blog lamaku dengan judul perjamuan kudus yang pilu). Dan sebagai umat yang baik, kami harus mengajarkan kepadanya bahwa belum saatnya ia turut serta dalam perjamuan semacam ini, walau aku tahu penjelasanku itu tidak memadai dan tidak dimengertinya. (Sekarang, GKI sudah mulai menyelenggarakan perjamuan kudus untuk anak).
Tadi pagi terbayarkan sudah rasa penasarannya atas perjamuan kudus itu. Aku sempat melirik ke arahnya beberapa kali tatkala liturgi perjamuan kudus itu dijalankan satu per satu. Ia dan kawan-kawannya dengan tekun menyimak, seakan tidak ingin melewatkan sedetik pun tahapan-tahapannya.
Kuharap, ia dan kawan-kawannya yang pertama kali ikut dalam perjamuan kudus ini, juga menyimak dengan seksama ketika Pdt Agus Wijaya menjelaskan mengapa perjamuan kudus tengah tahun diselenggarakan, bukan hanya perjamuan kudus awal tahun dan perjamuan kudus akhir tahun.
Katanya, itu diselenggarkan untuk mengingatkan bahwa Allah hadir bukan hanya di awal dan di akhir tahun. Bukan hanya ketika di awal tahun kita memiliki banyak harapan dan doa sehingga kita memintakan penyertaan Tuhan. Atau di akhir tahun ketika kita sudah melewati banyak suka dan duka lalu kita ingat Tuhan.
Di awal tahun, di pertengahan tahun, di akhir tahun, bahkan di tiap detik perjalanan hidup, penyertaan Tuhan tidak pernah luput.
"Sudah nyata hidup kita sebagai orang beriman ada dalam naungan Allah. Dia telah menyelamatkan, dan akan selalu memelihara kita, baik melewati pengalaman yang menyenangkan maupun peristiwa yang berat. Itulah yang akan kita hayati dan rayakan dalam Perjamuan Kudus di tengah tahun ini."
Paragaraf yang terakhir itu aku kutip dari Warta Jemaat, yang di halaman paling awalnya menyajikan renungan singkat pagi itu, dengan mengambil nats Markus 6:1-13 dengan judul "Kekuatan Allah versus Pergumulan Hidup."
Selamat datang di perjamuan kudus Tuhan Amartya. Semoga tadi engkau merasakan juga bahwa Tuhan hadir semeja dengan kita semua.
Bagi kami, perjamuan kudus kali ini agak istimewa karena inilah untuk pertama kalinya Amartya, putri kami, mengikutinya, setelah ia angkat sidi bulan lalu. Dan sebagaimana tradisi di gereja kami, mereka yang baru pertama kali mengikutinya, disediakan tempat duduk di baris depan. Tadi pagi ada sembilan orang mereka.
Walau Amartya menyembunyikan antusiasmenya untuk mengikuti perjamuan kudus perdana ini, aku tahu di dalam hatinya ia ingin sekali merasakannya dan sejak diumumkan akan ada pelayanan perjamuan kudus tengah tahun, ia sudah looking forward bertanya ini itu.
Ketika dua pekan lalu ada PA dan diimbau agar mereka yang akan ikut perjamuan kudus hadir mengikuti Censura Morum, aku tak terlalu sulit mengajaknya turut serta, walau aku tahu, ia dalam hatinya bertanya-tanya mengapa anak remaja seperti dia diharuskan datang ke PA yang umumnya dihadiri para orang tua itu.
Ketika masih kecil, aku ingat, ia selalu dengan mata penuh penasaran dan sedikit menghiba, memandangi kami meneguk anggur dalam gelas-gelas kecil itu di gereja manakala kami mengikuti ibadah perjamuan kudus. (aku pernah menulisnya pada blog lamaku dengan judul perjamuan kudus yang pilu). Dan sebagai umat yang baik, kami harus mengajarkan kepadanya bahwa belum saatnya ia turut serta dalam perjamuan semacam ini, walau aku tahu penjelasanku itu tidak memadai dan tidak dimengertinya. (Sekarang, GKI sudah mulai menyelenggarakan perjamuan kudus untuk anak).
Tadi pagi terbayarkan sudah rasa penasarannya atas perjamuan kudus itu. Aku sempat melirik ke arahnya beberapa kali tatkala liturgi perjamuan kudus itu dijalankan satu per satu. Ia dan kawan-kawannya dengan tekun menyimak, seakan tidak ingin melewatkan sedetik pun tahapan-tahapannya.
Kuharap, ia dan kawan-kawannya yang pertama kali ikut dalam perjamuan kudus ini, juga menyimak dengan seksama ketika Pdt Agus Wijaya menjelaskan mengapa perjamuan kudus tengah tahun diselenggarakan, bukan hanya perjamuan kudus awal tahun dan perjamuan kudus akhir tahun.
Katanya, itu diselenggarkan untuk mengingatkan bahwa Allah hadir bukan hanya di awal dan di akhir tahun. Bukan hanya ketika di awal tahun kita memiliki banyak harapan dan doa sehingga kita memintakan penyertaan Tuhan. Atau di akhir tahun ketika kita sudah melewati banyak suka dan duka lalu kita ingat Tuhan.
Di awal tahun, di pertengahan tahun, di akhir tahun, bahkan di tiap detik perjalanan hidup, penyertaan Tuhan tidak pernah luput.
"Sudah nyata hidup kita sebagai orang beriman ada dalam naungan Allah. Dia telah menyelamatkan, dan akan selalu memelihara kita, baik melewati pengalaman yang menyenangkan maupun peristiwa yang berat. Itulah yang akan kita hayati dan rayakan dalam Perjamuan Kudus di tengah tahun ini."
Paragaraf yang terakhir itu aku kutip dari Warta Jemaat, yang di halaman paling awalnya menyajikan renungan singkat pagi itu, dengan mengambil nats Markus 6:1-13 dengan judul "Kekuatan Allah versus Pergumulan Hidup."
Selamat datang di perjamuan kudus Tuhan Amartya. Semoga tadi engkau merasakan juga bahwa Tuhan hadir semeja dengan kita semua.
No comments:
Post a Comment