18 October 2015

Ibadah Pengajaran

Pada hari Minggu 25 Oktober 2015, GKI Sarua Indah akan melaksanakan Ibadah Pengajaran tentang Keikutseraan Anak dalam Perjamuan Kudus. Ibadah tersebut akan dilayani oleh Pdt Tabita Kartika Christiani dari STT Duta Wacana Yogyakarta.

Apa itu Ibadah Pengajaran?

Salah satu gereja yang telah melaksanakan Ibadah Pengajaran dengan tema serupa adalah GKI Pondok Indah. Ibadah Pengajaran yang dilaksanakan pada 3 Mei 2015  dilayani oleh Pdt Joas Adiprasetya.

Menurut Pdt Joas, Ibadah Pengajaran adalah ibadah yang fokus pada khotbah (preaching) yang bergabung dengan pengajaran (teaching). Menurut dia, Bapa Gereja, John Calvin, dulu juga sering melakukan Ibadah Pengajaran.

Dalam Ibadah Pengajaran di GKI, liturgi dibuat jauh lebih singkat supaya ada ruang lebih banyak untuk khotbah dan tanya jawab.

Mengapa "Keikutseraan Anak dalam Perjamuan Kudus" perlu  menjadi tema Ibadah Pengajaran? Salah satunya adalah untuk menyiapkan jemaat  memahami bagaimana keikutsertaan anak dalam Perjamuan Kudus.

Ada banyak sumber yang tersedia terkait dengan penyelenggaraan Perjamuan Kudus anak. Namun, harus diakui untuk merumuskan kembali seluruh pemikiran dan perdebatan mengenai sakramen perjamuan dan tempat anak-anak yang sudah dibaptis di dalam pelayanan tersebut, bukanlah hal sepele.

Dalam 1 Korintus 11:17-34 Rasul Paulus  mengingatkan para peserta yang menjadikan perjamuan kudus bukan sebagai sarana persekutuan karena kematian Kristus, melainkan perpecahan dan diskiriminasi. Padahal, Gereja, atau orang tua yang mengikutsertakan anaknya ikut Perjamuan Kudus, tentu dengan tujuan yang baik agar sejak dini dapat mengalami anugerah Allah.

Tradisi Perjamuan Kudus sebenarnya sudah dimulai sejak “Perjamuan Paskah” (Matius 26: 17, Markus 14:12 dan Lukas 22:8) yang memperingati peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Kebiasaan yang dijalankan dalam Perayaan Paskah, dimulai oleh kepala keluarga yang menjelaskan makna dan berkat yang terkandung dalam Perjamuan Paskah, kemudian menceritakan ringkasan kisah Keluaran dari Mesir.

Setelah itu kepala keluarga mengucap berkat atas roti tidak beragi, memecah-mecahkannya dan membagikan kepada seluruh isi rumahnya, dan diakhiri dengan minum “cawan berkat”.

Jadi jelas bahwa anak-anak dilibatkan dalam Perjamuan Paskah, termasuk perjamuan yang diselenggarakan Tuhan Yesus pada malam terakhir.

Demikian juga selama 1200 tahun, gereja Barat dan Timur sudah mempraktikkan paedocommunion (Perjamuan Kudus anak) sebagai sebuah kewajaran. Kebutuhan untuk mempertautkan dua sakramen terpenting (Baptisan dan Perjamuan Kudus) dengan keselamatan membuat kedua sakramen tersebut hadir sebagai satu kesatuan tak terpisahkan.

Selamat mengikuti Ibadah Pengajaran minggu depan.

(Disajikan sebagai Seri Pembinaan pada Warta Jemaat GKI Sarua Indah 18 Oktober 2015. Sumber: wawancara dengan Pdt Joas Adiprasetya dan ringkasan Khotbah Minggu 3 Mei 2015 "Keikutsertaan anak dalam Perjamuan Kudus dari perspektif ajaran GKI"  di http://gkipi.org/keikutsertaan-anak-dalam-perjamuan-kudus-dari-perspektif-ajaran-gki/)
 

No comments:

Post a Comment