Tugas utama seorang majelis pengantar dalam ibadah di GKI ialah
memastikan bahwa ibadah berlangsung lancar sesuai dengan yang
direncanakan. Termasuk juga, menggantikan pendeta berkhotbah apabila
pendeta yang bertugas itu mendadak berhalangan. (Hal ini sangat jarang
terjadi dan selalu diusahakan agar tidak terjadi).
Itu sebabnya,
sejak seminggu sebelumnya majelis pengantar sudah harus telepon ke sana
ke mari untuk memastikan para petugas yang sudah ditunjuk siap
melaksanakan tugasnya. Menghubungi pendeta, menelepon organis, memastikan
paduan suara berlatih, mengirim pesan bbm kepada petugas multimedia,
mengingatkan penyambut jemaat, menelepon petugas doa syafaat,
mengirimkan sms kepada prokantor dan lain-lain.
Pada hari Rabu,
ketika rapat persiapan, sekali lagi majelis pengantar akan memimpin
rapat yang dihadiri oleh anggota majelis jemaat lainnya (tidak selalu
semuanya hadir, maklumlah dilakukan pada hari kerja. Masih banyak
diantara majelis masih dalam perjalanan pulang, termasuk diriku yang
kerap masih di kereta pada saat-saat seperti itu). Mengecek warta
jemaat, memeriksa tata ibadah. Dan sekali lagi, para petugas harus
dipastikan kesiapannya. Kalau ada yang berhalangan harus segera dicari
penggantinya.
Lalu 30 menit sebelum ibadah dimulai, majelis
pengantar sekali lagi memeriksa persiapan itu: apakah tempat kolekte
sudah ada di tempatnya? Apakah buku nyanyian sudah ada di mimbar untuk
dipakai oleh pendeta? Apakah air minumnya sudah disediakan? Apakah
Alkitab besar di depan mimbar sudah ditandai sesuai dengan nats bacaan
pada ibadah nanti? Apakah pemantik api sudah disiapkan untuk digunakan
penatua pembaca warta menyalakan lilin? Apakah pengeras suara bekerja
dengan baik?.
Sekali lagi, 10 menit sebelum ibadah dimulai, para
petugas sudah berkumpul di konsistori. Majelis pengantar memeriksa
persiapan secara ringkas, lalu memimpin doa, sebelum ibadah dimulai.
Pengalamanku selama ini, sesempurna apa pun kita melakukan persiapan,
selalu saja terasa ada yang kurang. Ada rasa was-was, apakah masih ada
yang terlewat, walaupun check list yang disediakan rasanya kita sudah
contreng semuanya.
Tadi pagi aku sempat deg-degan karena ternyata
film tentang keluarga yang akan diputar pada saat khotbah, ternyata
belum tersedia di laptop petugas multimedia. Rasanya file film itu sudah
aku ingatkan beberapa hari sebelumnya. Tetapi entah karena salah
komunikasi, hal itu terlewat.
Untung saja, file film tersebut
sebelumnya sudah pernah kami kirimkan kepada Pendeta Rahmat Basukendro,
pendeta GKI Pamulang (yang fotonya ada di bawah ini) yang bertugas
pada ibadah kami tadi pagi. Aku memintanya untuk mengirimkannya ke email
kantor gereja dan dari email gereja kami mengunduh lagi film tersebut
untuk dipakai dalam ibadah.
Lima menit sebelum ibadah dimulai, file
film tersebut sudah tersedia di laptop petugas multimedia. Lega rasanya.
Apakah karena itu kapok menjadi majelis pengantar?
Justru sebaliknya. Aku selalu menganggap ketegangan menyiapkan ibadah
itu sebagai sebuah ketegangan yang menyenangkan. Bagiku itu adalah cara
Tuhan untuk memberikan pelajaran kepada kita manusia, bahwa yang
sempurna itu hanya Dia, dan kita diberi kesempatan mengerjakan yang
terbaik yang dapat kita lakukan.
Itu sebabnya, jika tiba saatnya
aku mendapat giliran mengerjakan pekerjaan sebagai majelis pengantar,
tidak kupinta Tuhan menjauhkan rasa deg-degan itu. Justru rasa deg-degan
itu kuhayati sebagai alarm dari Tuhan agar aku memahami keterbatasan
manusia, keterbatasanku.
Lagipula, andai dulu murid-murid itu
sedia roti dan ikan serba sempurna, mungkin ibadah yang dihadiri 5000
orang itu tidak akan pernah dicatat dan menancap dalam benak orang
kristen sedemikian dalam.
No comments:
Post a Comment