11 October 2015

Disempurnakan dalam Ketidaksempurnaan

Tugas utama seorang majelis pengantar dalam ibadah di GKI ialah memastikan bahwa ibadah berlangsung lancar sesuai dengan yang direncanakan. Termasuk juga, menggantikan pendeta berkhotbah apabila pendeta yang bertugas itu mendadak berhalangan. (Hal ini sangat jarang terjadi dan selalu diusahakan agar tidak terjadi).

Itu sebabnya, sejak seminggu sebelumnya majelis pengantar sudah harus telepon ke sana ke mari untuk memastikan para petugas yang sudah ditunjuk siap melaksanakan tugasnya. Menghubungi pendeta, menelepon organis, memastikan paduan suara berlatih, mengirim pesan bbm kepada petugas multimedia, mengingatkan penyambut jemaat, menelepon petugas doa syafaat, mengirimkan sms kepada prokantor dan lain-lain.


Pada hari Rabu, ketika rapat persiapan, sekali lagi majelis pengantar akan memimpin rapat yang dihadiri oleh anggota majelis jemaat lainnya (tidak selalu semuanya hadir, maklumlah dilakukan pada hari kerja. Masih banyak diantara majelis masih dalam perjalanan pulang, termasuk diriku yang kerap masih di kereta pada saat-saat seperti itu). Mengecek warta jemaat, memeriksa tata ibadah. Dan sekali lagi, para petugas harus dipastikan kesiapannya. Kalau ada yang berhalangan harus segera dicari penggantinya.

Lalu 30 menit sebelum ibadah dimulai, majelis pengantar sekali lagi memeriksa persiapan itu: apakah tempat kolekte sudah ada di tempatnya? Apakah buku nyanyian sudah ada di mimbar untuk dipakai oleh pendeta? Apakah air minumnya sudah disediakan? Apakah Alkitab besar di depan mimbar sudah ditandai sesuai dengan nats bacaan pada ibadah nanti? Apakah pemantik api sudah disiapkan untuk digunakan penatua pembaca warta menyalakan lilin? Apakah pengeras suara bekerja dengan baik?.

Sekali lagi, 10 menit sebelum ibadah dimulai, para petugas sudah berkumpul di konsistori. Majelis pengantar memeriksa persiapan secara ringkas, lalu memimpin doa, sebelum ibadah dimulai.

Pengalamanku selama ini, sesempurna apa pun kita melakukan persiapan, selalu saja terasa ada yang kurang. Ada rasa was-was, apakah masih ada yang terlewat, walaupun check list yang disediakan rasanya kita sudah contreng semuanya.

Tadi pagi aku sempat deg-degan karena ternyata film tentang keluarga yang akan diputar pada saat khotbah, ternyata belum tersedia di laptop petugas multimedia. Rasanya file film itu sudah aku ingatkan beberapa hari sebelumnya. Tetapi entah karena salah komunikasi, hal itu terlewat.

Untung saja, file film tersebut sebelumnya sudah pernah kami kirimkan kepada Pendeta Rahmat Basukendro, pendeta GKI Pamulang (yang fotonya ada di bawah ini) yang bertugas pada ibadah kami tadi pagi. Aku memintanya untuk mengirimkannya ke email kantor gereja dan dari email gereja kami mengunduh lagi film tersebut untuk dipakai dalam ibadah.

Lima menit sebelum ibadah dimulai, file film tersebut sudah tersedia di laptop petugas multimedia. Lega rasanya.

Apakah karena itu kapok menjadi majelis pengantar?

Justru sebaliknya. Aku selalu menganggap ketegangan menyiapkan ibadah itu sebagai sebuah ketegangan yang menyenangkan. Bagiku itu adalah cara Tuhan untuk memberikan pelajaran kepada kita manusia, bahwa yang sempurna itu hanya Dia, dan kita diberi kesempatan mengerjakan yang terbaik yang dapat kita lakukan.

Itu sebabnya, jika tiba saatnya aku mendapat giliran mengerjakan pekerjaan sebagai majelis pengantar, tidak kupinta Tuhan menjauhkan rasa deg-degan itu. Justru rasa deg-degan itu kuhayati sebagai alarm dari Tuhan agar aku memahami keterbatasan manusia, keterbatasanku.

Lagipula, andai dulu murid-murid itu sedia roti dan ikan serba sempurna, mungkin ibadah yang dihadiri 5000 orang itu tidak akan pernah dicatat dan menancap dalam benak orang kristen sedemikian dalam.

No comments:

Post a Comment