28 February 2016
Konflik Rumah Tangga: Bahaya atau Peluang?
Banyak ahli tentang konflik menegaskan bahwa konflik merupakan sebuah bahaya. Namun di sisi lain sebetulnya ia juga kesempatan untuk bertransformasi jika konflik tersebut dikelola dengan baik, bahkan memberi ruang pemahaman bagi setiap orang yang tengah berada dalam konflik tersebut. Hal ini juga berlaku bagi konflik dalam rumah tangga.
Ahli berpendapat konflik memberi potensi pada terbangunnya kehidupan yang lebih baik, menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap saling menguntungkan, memberi peluang pada tumbuhnya kesadaran bahwa setiap manusia mesti memiliki sikap saling terbuka dalam membangun relasi.
Hal ini didasarkan pada realitas bahwa manusia, khususnya dalam membangun rumah tangga yang baru, memiliki kualitas dan latar belakang keluarga yang berbeda dengan pola kehidupan dan kebiasaan yang berbeda. Dalam situasi seperti ini, konflik menjadi sesuatu yang sulit dihindari, bahkan menghindari konflik berarti juga membangun sebuah peluang konflik yang lebih besar.
Kisah Esau dan Yakub adalah kisah tentang konflik. Dari kisah ini terlihat bahwa waktu bukanlah hal utama dalam penyelesaian konflik. Yang menjadi kunci adalah keberanian untuk mengakui kesalahan dan kesediaan untuk mengampuni. (Kejadian 25-36).
Konflik berpotensi menjadi sesuatu yang produktif dan berharga tatkala para pihak memberi ruang pada pengampunan sehingga menumbuhkan pemberdayaan dan pemulihan, bahkan peningkatan kualitas relasi.
Tips Bagi Calon Suami- Istri
1.Penting untuk memahami bahwa calon pasangan memiliki model kehidupan yang telah membentuknya bertahun-tahun dan tidak dapat berubah dalam sekejap.
2.Penting untuk membuka ruang pemahaman, menerima realitas pasangannya dan berkomitmen untuk juga melakukan perubahan sikap dalam membangun kehidupan yang baru.
3. Penting mempercakapkan dan mencapai kesepakatan model bangunan keluarga yang akan dibentuk.
4.Penting untuk saling terbuka terhadap realitas yang dijalani.
5. Penting untuk menghargai satu sama lain, khususnya tatkala salah satu pasangan tengah berada dalam posisi lemah, tidak berdaya dan kehilangan semangat hidup
6. Penting bagi para calon pasangan suami istri memahami bahwa persoalan atau pergumulan yang muncul perlu diatasi sendiri dan tidak menjadikan pihak lain sebagai tumbal atas persoalan yang dihadapi. Pola yang sering disebut sebagai "kambing hitam" justru tidak memberi ruang bagi pertumbuhan kedewasaan keluarga. Untuk itu sikap dewasa dengan mengakui keterbatasan diri sangat diperlukan.
Sumber: Ketika Dua Hati Bersama, buku panduan pernikahan Kristen terbitan Binawarga, 2016.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment