20 March 2016

Mengenal Alkitab Kita

Alkitab Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab, sedang Alkitab Perjanjian Baru mencakup 27 kitab. Ke-66 kitab itu adalah hasil karya lebih dari 40 penulis, dengan menggunakan tiga bahasa, yakni Ibrani, Yunani dan bahasa Aram. Proses penulisan itu terbentang dalam suatu bingkai waktu yang mencakup lebih dari 1.500 tahun.

Para penulis Alkitab itu bermukim di tiga benua, yakni Asia, Eropa dan Afrika Utara. Namun, mereka memberikan pesan-pesan yang sama konsistensinya, sungguh pun latar belakang para penulis itu sangat beranekaragam.


    Musa, adalah seorang pemimpin politik yang dididik sebagai pangeran di istana Firaun;
    Yosua, berstatus panglima tertinggi tentara Israel;
    Salomo, adalah raja Israel;
    Daniel, muncul di pentas dalam statusnya sebagai perdana menteri;
    Amos, sangat akrab dengan domba-domba gembalaannya;
    Petrus, mencari nafkahnya sebagai nelayan;
    Matius, seorang pemungut pajak, dengan segala konotasinya;
    Lukas, merupakan dokter zending pertama.
    Paulus, dikenal sebagai seorang intelektual yang ahli di bidang hukum Taurat, serta berasal dari kalangan orang Farisi, yang karena statusnya dihormati dan disapa sebagai rabi.

Dengan latar belakang yang begitu beranekaragam serta mengingat faktor waktu, bagaimana mungkin para penulis itu memberikan pesan-pesan yang sama dan konsisten mengenai masalah-masalah yang ramai diperdebatkan dalam masyarakat?

Hal itu hanya mungkin oleh karena tuntunan Roh Kudus.

Dan mengenai peranan Roh Kudus ini Petrus bersaksi dan menjelaskan: “Oleh dorongan Roh Kudus orang berbicara atas nama Allah (2 Petr.1:21), yang dilanjutkannya di dalam 2 Petr.3:16: “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”

Kesaksian senada datang dari penulis yang sangat produktif, karena menghasilkan tigabelas dari jumlah duapuluh tujuh kitab Perjanjian Baru. Itu adalah Paulus. Dia menegaskan peranan Roh Kudus, seraya menya-takan bahwa: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar….” (II Tim. 3:16).

Para penulis Alkitab Perjanjian Lama sering membuat pernyataan, seperti: “Berfirmanlah TUHAN kepadaku:…” (Yes.8:1) atau: “Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:….” (Yer. 2:1). Seraya mengutip dari Alkitab Perjanjian Lama, Tuhan Yesus menegaskan: “Allah berfirman….” (Mat.15:4). Otoritas Tuhan Yesus secara tegas dinyatakan-Nya sendiri, bahwa: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Mat.28:18).

Berdasarkan kuasa itu, maka Kristus pun memberikan delegasi wewenang kepada para murid-Nya, dalam bentuk Amanat Agung (Mat. 28: 19). Tetapi pelaksanaan delegasi wewenang itu tetap berada di dalam lingkup penyertaan Kristus, melalui Roh Kudus, sepanjang zaman (Mat. 28: 20).

Kalau dorongan Roh Kudus yang telah membuat para penulis Alkitab berbicara atas nama Allah, maka Roh Kudus itu juga yang menyertai pelaksanaan Amanat Agung.

(Sumber: Dikutip dari tulisan karya Paul P. Poli SH, disajikan di website GKI Pondok Indah, www.gkipi.com)

No comments:

Post a Comment