Alkitab
Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab, sedang Alkitab Perjanjian Baru
mencakup 27 kitab. Ke-66 kitab itu adalah hasil karya lebih dari 40
penulis, dengan menggunakan tiga bahasa, yakni Ibrani, Yunani dan bahasa
Aram. Proses penulisan itu terbentang dalam suatu bingkai waktu yang
mencakup lebih dari 1.500 tahun.
Para penulis Alkitab itu
bermukim di tiga benua, yakni Asia, Eropa dan Afrika Utara. Namun,
mereka memberikan pesan-pesan yang sama konsistensinya, sungguh pun
latar belakang para penulis itu sangat beranekaragam.
Musa, adalah seorang pemimpin politik yang dididik sebagai pangeran di istana Firaun;
Yosua, berstatus panglima tertinggi tentara Israel;
Salomo, adalah raja Israel;
Daniel, muncul di pentas dalam statusnya sebagai perdana menteri;
Amos, sangat akrab dengan domba-domba gembalaannya;
Petrus, mencari nafkahnya sebagai nelayan;
Matius, seorang pemungut pajak, dengan segala konotasinya;
Lukas, merupakan dokter zending pertama.
Paulus, dikenal sebagai seorang intelektual yang ahli di bidang hukum
Taurat, serta berasal dari kalangan orang Farisi, yang karena statusnya
dihormati dan disapa sebagai rabi.
Dengan latar belakang yang
begitu beranekaragam serta mengingat faktor waktu, bagaimana mungkin
para penulis itu memberikan pesan-pesan yang sama dan konsisten mengenai
masalah-masalah yang ramai diperdebatkan dalam masyarakat?
Hal itu hanya mungkin oleh karena tuntunan Roh Kudus.
Dan
mengenai peranan Roh Kudus ini Petrus bersaksi dan menjelaskan: “Oleh
dorongan Roh Kudus orang berbicara atas nama Allah (2 Petr.1:21), yang
dilanjutkannya di dalam 2 Petr.3:16: “Sebab tidak pernah nubuat
dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus
orang-orang berbicara atas nama Allah.”
Kesaksian senada datang
dari penulis yang sangat produktif, karena menghasilkan tigabelas dari
jumlah duapuluh tujuh kitab Perjanjian Baru. Itu adalah Paulus. Dia
menegaskan peranan Roh Kudus, seraya menya-takan bahwa: “Segala tulisan
yang diilhamkan Allah dan berguna untuk mengajarkan yang benar….” (II
Tim. 3:16).
Para penulis Alkitab Perjanjian Lama sering membuat
pernyataan, seperti: “Berfirmanlah TUHAN kepadaku:…” (Yes.8:1) atau:
“Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya:….” (Yer. 2:1). Seraya mengutip
dari Alkitab Perjanjian Lama, Tuhan Yesus menegaskan: “Allah
berfirman….” (Mat.15:4). Otoritas Tuhan Yesus secara tegas
dinyatakan-Nya sendiri, bahwa: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa
di sorga dan di bumi.” (Mat.28:18).
Berdasarkan kuasa itu, maka
Kristus pun memberikan delegasi wewenang kepada para murid-Nya, dalam
bentuk Amanat Agung (Mat. 28: 19). Tetapi pelaksanaan delegasi wewenang
itu tetap berada di dalam lingkup penyertaan Kristus, melalui Roh Kudus,
sepanjang zaman (Mat. 28: 20).
Kalau dorongan Roh Kudus yang
telah membuat para penulis Alkitab berbicara atas nama Allah, maka Roh
Kudus itu juga yang menyertai pelaksanaan Amanat Agung.
(Sumber: Dikutip dari tulisan karya Paul P. Poli SH, disajikan di website GKI Pondok Indah, www.gkipi.com)
No comments:
Post a Comment