Setiap kita mengikuti ibadah Minggu, dalam liturgi selalu ada Berita Anugerah dan Salam Damai. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kedua hal ini?
26 April 2015
19 April 2015
The Merciful God
Aku selalu ingat tentang nasihat seorang pendeta yang berkata bahwa
mengkhotbahkan pengampunan itu berat, bahkan sangat berat. Sebab,
khotbah tentang pengampunan tidak hanya tentang apa yang kita katakan.
Ia juga tentang apa yang kita hidupi hari lepas hari.
Melihat Visi Tuhan (II)
Kita perlu mengerti visi Tuhan dalam hidup maupun dalam kepemimpinan dalam pelayanan kita George Barna dalam bukunya A Fish out of Water, 9 Strategi untuk Memaksimalkan Potensi Kepemimpinan yang Tuhan Berikan kepada Anda, mengemukakan ada ada empat proses yang cukup sederhana, tetapi merupakan cara-cara yang lazim dipakai oleh para pemimpin yang saleh dan efektif. Dua diantaranya sudah dikemukakan minggu lalu dan dua berikutnya dipaparkan berikut ini.
13 April 2015
Serasa Di Samping Bapa
Berfoto dengan tante (oma) Wilma, seusai ibadah, di dekat termos kopi dan
teh, yang sudah sepi dari antrian. Dan segera muncul di pikiranku untuk
berfoto berdua bersamanya. Yang disambutnya dengan senang- gembira
sambil berkata, "Nanti kirimi aku ya..."
12 April 2015
Melihat Visi Tuhan (I)
George Barna dalam bukunya A Fish out of Water, 9 Strategi untuk Memaksimalkan Potensi Kepemimpinan yang Tuhan Berikan kepada Anda, mengemukakan ada ada empat proses yang cukup sederhana, tetapi merupakan cara-cara yang lazim dipakai oleh para pemimpin yang saleh dan efektif untuk melihat dan mengetahui Visi Tuhan bagi dirinya dan bagi umat yang dipimpinnya. Dua diantaranya dikemukakan di sini, dan dua berikutnya Minggu depan.
• Mengenali Diri Kita dengan Baik
Sebelum Tuhan dapat menggunakan kita sebagai seorang pemimpin, kita harus memahami kekuatan dan kelemahan kita, karunia dan kemampuan kita. Pengetahuan tentang diri sendiri akan memberi kita pandangan yang realistis --dan menarik kita kepada Tuhan untuk mendapat kekuatan dan pengajaran.
Langkah ini akan membuat kita mengenal ketidaklayakan kita dan membuat kita takut dan percaya kerpada-Nya. Jika kita jujur mengakui siapa kita sebenarnya dan apa yang dapat kita lakukan, seharusnya itu akan menyebabkan kita menyadari bahwa kita tidak cocok menjadi pemimpin yang dipilih sang Raja. Hanya karena kemurahan-Nya semata kita diizinkan untuk memimpin umat-Nya.
Untuk dapat sampai pada pandangan pribadi seperti ini ada banyak alat yang mungkin dapat menolong. Pengamatan atas karakter, percakapan dengan teman-teman yang dapat dipercaya, dan yang tidak kalah penting: doa, dapat mengungkapkannya.
• Mengenali Konteks Kepemimpinan Kita
Untuk memiliki pandangan ini, kita memerlukan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah kita. Bicaralah dengan orang-orang yang kita harapkan untuk kita pimpin supaya mereka tahu apa yang sedang Tuhan nyatakan kepada mereka. Pahamilah sejarah organisasi yang akan kita pimpin, sehingga dapat membangun jembatan dari masa lalu dan masa kini ke masa depan yang ditahbiskan oleh Tuhan. Analisislah komunitas yang akan kita pimpin, untuk mengerti perilaku, nilai-nilai, pola dan gaya hidup spiritual mereka. Bicaralah dengan pemimpin-pemimpin lain yang terlibat untuk mempelajari apa yang sedang mereka lakukan dan kemana mereka berusaha keras untuk membawa orang-orang itu.
(Disajikan pada Seri Pembinaan Warta Jemaat GKI Sarua Indah edisi 12 April 2015, dikutip dari A Fish out of Water, 9 Strategi untuk Memaksimalkan Potensi Kepemimpinan yang Tuhan Berikan Kepada Anda, ditulis oleh George Barna, pendiri dan presiden Barna Research Group, California, pembicara pada konferensi-konferensi pelayanan dan kepemimpinan di seluruh dunia. Edisi Bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Penerbit Immanuel, 2004.)
• Mengenali Diri Kita dengan Baik
Sebelum Tuhan dapat menggunakan kita sebagai seorang pemimpin, kita harus memahami kekuatan dan kelemahan kita, karunia dan kemampuan kita. Pengetahuan tentang diri sendiri akan memberi kita pandangan yang realistis --dan menarik kita kepada Tuhan untuk mendapat kekuatan dan pengajaran.
Langkah ini akan membuat kita mengenal ketidaklayakan kita dan membuat kita takut dan percaya kerpada-Nya. Jika kita jujur mengakui siapa kita sebenarnya dan apa yang dapat kita lakukan, seharusnya itu akan menyebabkan kita menyadari bahwa kita tidak cocok menjadi pemimpin yang dipilih sang Raja. Hanya karena kemurahan-Nya semata kita diizinkan untuk memimpin umat-Nya.
Untuk dapat sampai pada pandangan pribadi seperti ini ada banyak alat yang mungkin dapat menolong. Pengamatan atas karakter, percakapan dengan teman-teman yang dapat dipercaya, dan yang tidak kalah penting: doa, dapat mengungkapkannya.
• Mengenali Konteks Kepemimpinan Kita
Untuk memiliki pandangan ini, kita memerlukan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah kita. Bicaralah dengan orang-orang yang kita harapkan untuk kita pimpin supaya mereka tahu apa yang sedang Tuhan nyatakan kepada mereka. Pahamilah sejarah organisasi yang akan kita pimpin, sehingga dapat membangun jembatan dari masa lalu dan masa kini ke masa depan yang ditahbiskan oleh Tuhan. Analisislah komunitas yang akan kita pimpin, untuk mengerti perilaku, nilai-nilai, pola dan gaya hidup spiritual mereka. Bicaralah dengan pemimpin-pemimpin lain yang terlibat untuk mempelajari apa yang sedang mereka lakukan dan kemana mereka berusaha keras untuk membawa orang-orang itu.
(Disajikan pada Seri Pembinaan Warta Jemaat GKI Sarua Indah edisi 12 April 2015, dikutip dari A Fish out of Water, 9 Strategi untuk Memaksimalkan Potensi Kepemimpinan yang Tuhan Berikan Kepada Anda, ditulis oleh George Barna, pendiri dan presiden Barna Research Group, California, pembicara pada konferensi-konferensi pelayanan dan kepemimpinan di seluruh dunia. Edisi Bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Penerbit Immanuel, 2004.)
05 April 2015
Makna Paska di Waktu Subuh
Sungguh menarik, bahwa peristiwa Paska justru terjadi pada waktu subuh. Pada waktu terang sudah menjadi kepastian, namun kegelapan pada kenyataannya masih menjadi pengalaman.
Subscribe to:
Posts (Atom)