31 May 2015
Konfesi GKI 2014
Konfesi GKI merupakan sebuah ekspresi dari pengakuan iman yang diakui dan dihayati oleh GKI. Dalam praktiknya GKI mengakui Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel, dan Pengakuan Iman Athanasius. Ketiga Pengakuan Iman tersebut merupakan pengakuan iman yang bersumber dari Alkitab. Ia diterima serta dimiliki oleh gereja secara ekumenis. Jadi, dengan mengakui ketiga pengakuan iman tersebut, GKI mau mengikatkan diri pada persekutuan ekumenis dalam gereja yang universal.
30 May 2015
Prosedur Perlawatan Duka
Prosedur perlawatan kepada yang berduka (kematian).
1. Segeralah lawat mereka berulang kali namun berupa kunjungan singkat saja. Agaknya keluarga lebih terhibur bila kita datang setiap hari sampai penguburannya daripada cuma datang berkunjung satu kali saja.
1. Segeralah lawat mereka berulang kali namun berupa kunjungan singkat saja. Agaknya keluarga lebih terhibur bila kita datang setiap hari sampai penguburannya daripada cuma datang berkunjung satu kali saja.
24 May 2015
Liturgi Pengucapan Syukur Amartya
Pdt Yerusa Agustini |
Di rumah pada siang harinya, kami mengadakan syukuran kecil dengan mengundang handai-tolan dan sahabat, dalam sebuah ibadah persekutuan doa keluarga pengucapan syukur. Inilah liturgi yang dipakai pada ibadah tersebut, yang dilayani oleh Pdt. Yerusa Agustini Maria.
10 May 2015
Dalam Lautan yang Kelam
I
was sinking deep in sin/Love lifted me. Aku tenggelam sangat dalam di
lautan dosa, tetapi Kasih mengangkatku. Ditulis pertama kali oleh John
Rowe pada tahun 1912. Dan lebih dari 100 tahun kemudian, lagu itu
dinyanyikan lagi di GKI Sarua Indah, tadi pagi, melalui Nyanyikanlah
Kidung Baru (NKB) 19: Dalam Lautan yang Kelam.
Siapa Penonton Ibadah?
Pertama, Sutradara; yang merancang jalannya konser atau pertunjukan supaya apa yang ditampilkan itu sesuai dengan alur yang dikehendaki.
Kedua, Pemain; yang memungkinkan seluruh apa yang dirancangkan oleh si sutradara berjalan dengan baik, “menerjemahkan” apa yang ada di dalam naskah/partitur supaya menjadi sebuah pertunjukan yang indah dan memuaskan.
Ketiga, Penonton; yang menyaksikan konser atau drama itu. Apa jadinya pertunjukan tanpa penonton? Sebagus apa pun naskah drama, secakap apa pun pemain tetapi kalau tanpa penonton, maka akan mubazir sebuah pertunjukan.
Lalu jika kita beribadah, kita yang duduk di kursi jemaat apa peranan kita? Sutradarakah? Pemainkah? Penontonkah?
Kebanyakan dari kita pasti akan dengan segera menyebutkan diri sebagai penonton. Penonton yang menyaksikan pengkotbah yang menyampaikan Firman Tuhan, Penatua yang memimpin jalannya ibadah, paduan suara/vokal grup/solo yang menyanyikan lagu, dll. Oleh karena itu apa yang terjadi? Kita akan bertepuk tangan setelah paduan suara/vokal grup/solo tampil, menggerutu kalau penatuanya salah baca atau pengkotbahnya kelamaan waktu kotbahnya. Kita jadi tidak menikmati sebuah ibadah. Apalagi kalau kita mendapat tempat yang kurang strategis, panas dan tidak nyaman.
Tapi mari kita melihat peranan berdasarkan arti dasar dari sebuah ibadah: dalam arti umum maka ibadah itu berarti juga sebuah kerja bersama di antara orang-orang yang hadir. Dan itu berarti bahwa dalam sebuah acara semua orang terlibat dalam kerja bersama itu. Semua orang mengambil peranan.
Dalam hal ini jemaat juga ikut serta di dalam liturgi yang dilaksanakan bersama. Jadi, jemaat bukanlah penonton yang menyaksikan “pertunjukan” liturgi yang dilakukan oleh pendeta, penatua, paduan suara/vokalgrup/solo. Jemaat adalah pemain.
Mengapa begitu? Dalam hal ini sutradara adalah orang-orang yang mengatur jalannya sebuah ibadah. Dalam hal ini ada naskah yang dibuat oleh sutradara dalam bentuk liturgi. Dalam liturgi ada tata urutan yang diikuti.
Bukankah kita ikut berdiri jikalau dalam liturgi ditulis berdiri? Duduk jikalau di liturgi dituliskan duduk? Bersalaman jikalau di liturgi dituliskan bersalaman? Kita adalah Pemain dalam liturgi itu. Karena itu peranan kita sangat penting dalam melaksanakan “naskah” liturgi itu, baik dalam hal bernyanyi, berdoa, menanggapi Firman dll. Dalam hal ini pemain yang baik tentulah perlu menghayati peranannya dengan baik.
Karena itu perlu menghayati liturgi dengan baik; membaca naskah liturgi sebelum ibadah dimulai. Mempelajari apakah ada lagu atau bagian liturgi yang sulit untuk dilakukan.
Doakan jalannya ibadah supaya berjalan dengan baik, untuk mendukung para sutradara melaksanakan tugasnya. Kalau saudara berkenan hal ini malahan perlu dilakukan sebelum saudara hadir dalam ruang ibadah.
Lalu jika kita semua adalah pemain, siapa yang menjadi penonton?
Tuhanlah sebagai penonton. Dialah yang menyaksikan persembahan ibadah yang kita lakukan. Dia akan tersenyum kalau kita bisa melaksanakan ibadah kita dengan baik.
(Disajikan sebagai Seri Pembinaan pada Warta Jemaat GKI Sarua Indah, 10 Mei 2015, dipetik dengan penyuntingan seperlunya dari http://gkipi.org/ibadah-apa-perananku/)
08 May 2015
Anjing Penjala Manusia
Foto-foto ini saya peroleh dari sebuah akun instagram yang dibagikan oleh Senatari Situmorang
lewat akun facebooknya. Salah satu menunjukkan seekong gukguk yang
rebahan di atas pusara tuannya. Dan konon sudah enam tahun gukguk itu
secara rutin melakukannya.
07 May 2015
Bicara Kesetaraan Gender
Foto: femina.co.id |
03 May 2015
Ketika Mendengar Khotbah
Dalam liturgi ibadah, khotbah adalah salah satu bagian yang penting. Disebut juga Pemberitaan Firman Tuhan. Bagaimana sebaiknya kita mempersiapkan diri ketika akan mendengarkan khotbah? Ada beberapa bagian yang dapat dibahas.
01 May 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)